Sunday, September 29, 2013

Kalimat adalah deretan kata yang mengendung satu pengertian lengkap. Dalam kalimat, setiap kata mempunyai jabatan yang berbeda. Ada yang jabatannya subjek. Ada kata yang jabatannya predikat dan sebagainya. namun demikian, satu kata pun dapat dikatakan sebagai kalimat. Syaratnya, kata itu harus mengandung pengertian yang lengkap. Selain itu, intonasinya harus menyatakan bahwa ujaran itu lengkap.
Kata saya merupakan satu kalimat. Kata saya merupakan jawaban dari pertanyaan. Misalnya ada pertanyaan Siapa yang pergi ke sekolah? secara lengkap kalimat jawabannya adalah Sayalah yang pergi ke sekolah. Namun dijawab dengan kata sayapun sudah jelas. Orang yang memberi pertanyaan tidak akan meminta jawaban lebih. 

Lalu apakah yang dimaksud dengan kalimat?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
1. Kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan.
2. Perkataan
3. Satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual atau potensial terdiri atas klausa.

Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
1. Secara Lisan
Kalimat diiringi oleh titi nada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai.
2. Secara Tertulis
Kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhoro dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Di dalam kalimat dapat disertakan berbagai tanda baca. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi selesai.
Contoh:
- Wulan pergi ke sekolah.
- Mengapa adik menangis?
- Dengarkan baik-baik!
- Wulan, kemana kamu pergi?
- Ibu membeli alat rumah tangga: ember, panci, dan wajan.

Dua versi definisi kalimat:
1. Menurut makna
Kalimat adalah kesatuan bahasa terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap.
2. Menurut struktur
Kalimat adalah bagian yang didahului oleh kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Intonasinya menunjukkan bagian ujaran telah selesai

Apa sajakah ciri-ciri kalimat? 
Kalimat dapat didefinisikan dengan memberikan ciri-ciri sebagai berikut.
1. Berupa deretan kata yang mengandung satu pengertian.
2. Secara tertulis kalimat diakhiri dengan tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru.
3. Secara lisan kalimat diakhiri dengan intonasi selesai.

Unsur-unsur pembentuk kalimat
Seperti telah kita ketahui bahwa kalimat merupakan deretan kata. Setiap kata dalam kalimat mempunyai fungsi yang berbeda. Adapun fungsi-fungsi dalam kalimat sebagai berikut.

1. Subjek
Subjek juga disebut pokok kalimat, terdapat dua jenis subjek yaitu:
a. Subjek pelaku
Maksudnya subjek yang melakukan perbuatan. Subjek pelaku ini selalu terdapat dalam kalimat aktif.
Contoh:
- Ani membaca buku cerita
- Toni mengerjakan tugas rumah
Ani dan Toni merupakan subjek pelaku.

b. Subjek penderita
Maksudnya, subjek yang dikenai perbuatan. Subjek penderita ini terdapat pada kalimat pasif.
Contoh:
- Fani dinasihati ibu guru.
- Ibu dikirimi paket makanan
Fani dan Ibu merupakan subjek penderita.

Subjek dalam kalimat dapat berdiri sendiri, oleh karena itu subjek bisa membentuk kata benda dan bisa juga kata yang bisa dibendakan. Caranya adalahdengan menambahkan imbuhan.

Apakah ciri-ciri subjek?
a. Berbentuk kata benda.
b. Dapat diikuti oleh kata ini dan itu.
c. Dapat diikuti oleh partikel pun.
d. Terletak di depan predikat.
e. Dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan dengan kata tanya apa dan siapa.

2. Predikat
Kata lain dari predikat adalah sebutan. Predikat merupakan bagian yang menjelaskan subjek
Menurut sifatnya, predikat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Predikat verbal, adalah predikat yang berupa kata kerja.
Contoh:
Nani   menyapu   halaman
   S            P                 K

Ibu   memasak   sayur
  S            P              K

Kata menyapu dan memasak merupakan kata kerja.

b. Predikat nominal, adalah predikat yang berupa kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
Contoh:
Ia   guru
 S      P

Anaknya   pandai-pandai
       S                     P

Roda truk itu    enam
          S                    P

Guru menduduki fungsi predikat berupa kata benda.
Pandai-pandai menduduki fungsi predikat berupa kata sifat.
Enam menduduki fungsi predikat berupa kata bilangan

Apakah ciri-ciri predikat?
a. Memberi penjelasan subjek.
b. Berada setelah subjek.

3. Objek
Objek ini dapat dikenali dengan dua cara.
a. Dengan melihat jenis predikatnya.
b. Dengan memperhatikan ciri khas objek itu sendiri.

Objek terletak bergantian fungsi dengan subjek. Objek  pada kalimat aktif bisa menjadi subjek pada kalimat pasif. Sebaliknya, subjek pada kalimat pasif dapat menjadi objek pada kalimat aktif.
Contoh:
Nana   makan   roti  >< Roti   dimakan  Nana
    S          P          O             S          P            O

Ibu  menggendong  adik  ><  Adik  digendong  ibu
  S           P                   O              S             P           O

Menurut sifatnya terdapat tiga jenis objek.
  1. Objek penderita, adalah objek yang dikenai perbuatan. Objek penderita atau pelengkap penderita terdapat pada kalimat aktif.
  2. Objek pelaku adalah objek yang melakukan perbuatan. Objek pelaku atau pelengkap pelaku terdapat dalam kalimat pasif.
  3. Objek penyerta adalah objek yang menyertai perbuatan. Biasanya objek terletak di belakang pelaku atau objek penderita. Objek penyerta disebut juga pelengkap penderita. 

4. Pelengkap
Pelengkap disebut juga dengan istilah komplemen. Objek dan pelengkap mempunyai kemiripan. Keduanya menjelaskan predikat. aletaknya pun sama-sama dibelakang predikat. Kategori katanya pun sama yaitu nomina.

Pelengkap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a. Berjenis kata benda, kerja, dan sifat.
b. Berada di belakang predikat dan dapat didahului dengan kata depan.
c. Kalimatnya tidak dapat diubah menjadi kalimat pasif.
d. Pelengkap tidak bisa diubah menjadi subjek.
e. Tidak dapat diganti dengan -nya
Contoh:
- Ani sedang belajar menyanyi.
- Negara Indonesia berdasarkan Pancasila.
- Banyak orang asing belajar bahasa Indonesia.
Kata menyanyi, Pancasila, dan bahasa Indonesia merupakan pelengkap. Ketiga kalimat tersebut tidak dapat dibalik. Menyanyi, Pancasila, dan Bahasa Indonesia tidak dapat diletakan di awal kalimat.

5. Keterangan
Keterangan adalah bagian kalimat yang memberi penjelasan mengenai kalimat atau bagian kalimat. Terdapat beberapa jenis keterangan sebagai berikut:
  1. Keterangan tempat, misalnya: di rumah, ke kota, dan dari sana. Keterangan tempat biasa didahului oleh kata depan yang menyatakan tempat. Kata depan yang menyatakan tempat yaitu: di, ke, dan dari. Keterangan tempat ini menjelaskan di "ruang" manakah peristiwa itu terjadi.
  2. Keterangan waktu, misalnya: kemarin, hari ini, besok, dua tahun yang lalu, yang akan datang, dan tahun depan. Ada beberapa keterangan tempat yang didahului kata depan pada. Keterangan waktu ini menjelaskan pada "waktu" kapankah suatu peristiwa terjadi.
  3. Keterangan alat, misalnya: dengan pisau, dengan galah, dan dengan pensil warna. Keterangan alat bisa didahului dengan kata depan dengan. Keterangan alat menjelaskan dengan alat apakah suatu tindakan dilaksanakan.
  4. Keterangan cara, misalnya: dengan bersorak-sorak, secara sederhana, dan secara acak. Keterangan cara menjelaskan bagaimana suatu tindakan dilakukan. Keterangan cara menggunakan kata depan dengan dan secara.
  5. Keterangan tujuan, misalnya: supaya cepat, agar lancar, bagi sesama, dan demi mencapai tujuan. Keterangan tujuan menjelaskan hasil dari suatu tindakan yang dikehendaki. Keterangan tujuan menggunakan kata supaya, agar, bagi, dan demi. 
  6. Keterangan penyerta, misalnya: dengan teman sebangku, bersama orang tuanya, dan beserta adiknya. Keterangan penyerta ini menjelaskan keikutsertaan seseorang dalam suatu perbuatan. Keterangan penyerta menggunakan kata dengan, bersama, dan beserta.
  7. Keterangan similatif/perbandingan, misalnya: sebagai anak yang baik, seperti suara halilintar, bagai api dan air. Keterangan similatif menjelaskan perbandingan antara perbuatan satu dengan perbuatan yang lain. Keterangan similatif ini menggunakan kata seperti, bagaikan, dan sebagai.
  8. Keterangan penyebaban, misalnya: karena hujan turun, dan sebab kesiangan. Keterangan penyebaban menjelaskan sebab-sebab terjadinya sesuatu. Keterangan penyebaban menggunakan kata karena dan sebab.
  9. Keterangan kesalingan, misalnya: satu sama lain. Ketrangan kesalingan menjelaskan suatu tindakan dilaksanakan secara bersama-sama.
Selengkapnya >>
Posted by: Yuliyati
Blog. Seri Bahasa Indonesia Updated at: 2:44 PM

Friday, September 20, 2013

Unsur-unsur puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi.

Struktur fisik puisi terdiri dari:
1. Perwajahan puisi (tipografi).
Yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

2. Diksi.
Yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

3. Imaji.
Yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.

4. Kata konkret.
Yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.

5. Gaya bahasa. 
Yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.

6. Rima/Irama 
Adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:
  • Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.),
  • Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi , dan sebagainya
  • Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

Struktur batin puisi
Struktur batin puisi terdiri dari
1. Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

2. Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

3. Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

4. Amanat/tujuan/maksud (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.

Jenis-jenis puisi

Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru

1. Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
  • Jumlah kata dalam 1 baris
  • Jumlah baris dalam 1 bait
  • Persajakan (rima)
  • Banyak suku kata tiap baris
  • Irama
Ciri puisi lama:
  • Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
  • Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
  • Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Jenis-jenis puisi lama

1. Mantra 
adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Contoh:
  1. Assalammu’alaikum putri satulung besar
  2. Yang beralun berilir simayang
  3. Mari kecil, kemari
  4. Aku menyanggul rambutmu
  5. Aku membawa sadap gading
  6. Akan membasuh mukamu
2. Pantun 
adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh:
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati

3. Karmina 
adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Contoh:
Dahulu parang sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)

4. Seloka 
adalah pantun berkait.
Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan

5. Gurindam 
adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa tinggalkan sembahyang (b)
Bagai rumah tiada bertiang (b)
Jika suami tiada berhati lurus (c)
Istri pun kelak menjadi kurus (c)

6. Syair 
adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

7. Talibun 
adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu

2. Puisi baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.

Ciri-ciri Puisi Baru:
  1. Bentuknya rapi, simetris;
  2. Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
  3. Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
  4. Sebagian besar puisi empat seuntai;
  5. Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
  6. Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
Jenis-jenis puisi baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas :

1. Balada 
adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.

2. Himne
adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisuMengagungkan nama-Mu dengan cara sendiriMenggeliat derita pada lekuk dan likubawah sayatan khianat dan dusta.Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mumenitikkan darah dari tangan dan kakidari mahkota duri dan membulan pakuYang dikarati oleh dosa manusia.Tanpa luka-luka yang lebar terbukadunia kehilangan sumber kasihBesarlah mereka yang dalam nestapamengenal-Mu tersalib di datam hati.(Saini S.K)
3. Ode 
adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi SekarangDi atas puncak gunung fantasiBerdiri aku, dan dari sanaMandang ke bawah, ke tempat berjuangGenerasi sekarang di panjang masaMenciptakan kemegahan baruPantun keindahan IndonesiaYang jadi kenang-kenanganPada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)

4. Epigram 
adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Contoh:
Hari ini tak ada tempat berdiriSikap lamban berarti matiSiapa yang bergerak, merekalah yang di depanYang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)

5. Romansa 
adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra

6. Elegi 
adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
Contoh:
Senja di Pelabuhan KecilIni kali tidak ada yang mencari cintadi antara gudang, rumah tua, pada ceritatiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlautmenghembus diri dalam mempercaya mau berpautGerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elangmenyinggung muram, desir hari lari berenangmenemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerakdan kini tanah dan air tidur hilang ombak.Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalanmenyisir semenanjung, masih pengap harapsekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalandari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap(Chairil Anwar)
7. Satire 
adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
Contoh:
Aku bertanya

tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(WS Rendra)
Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:

1. Distikon, 
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
Contoh:
Berkali kita gagalUlangi lagi dan cari akalBerkali-kali kita jatuhKembali berdiri jangan mengeluh(Or. Mandank)
2. Terzina, 
puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh:
Dalam ribaan bahagia datangTersenyum bagai kencanaMengharum bagai cendanaDalam bah’gia cinta tiba melayangBersinar bagai matahariMewarna bagaikan sari(Sanusi Pane)
3. Kuatrain, 
puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
Contoh :
Mendatang-datang juaKenangan masa lampauMenghilang muncul juaYang dulu sinau silauMembayang rupa juaAdi kanda lama laluMembuat hati juaLayu lipu rindu-sendu(A.M. Daeng Myala)
4. Kuint,
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Hanya Kepada TuanSatu-satu perasaanHanya dapat saya katakanKepada tuanYang pernah merasakanSatu-satu kegelisahanYang saya serahkanHanya dapat saya kisahkanKepada tuanYang pernah diresah gelisahkanSatu-satu kenyataanYang bisa dirasakanHanya dapat saya nyatakanKepada tuanYang enggan menerima kenyataan(Or. Mandank)
5. Sektet,
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Contoh:
Merindu BagiaJika hari’lah tengah malamAngin berhenti dari bernapasSukma jiwaku rasa tenggelamDalam laut tidak terwatasMenangis hati diiris sedih(Ipih)
6. Septime, 
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Contoh:
Indonesia Tumpah DarahkuDuduk di pantai tanah yang permaiTempat gelombang pecah berderaiBerbuih putih di pasir terderaiTampaklah pulau di lautan hijauGunung gemunung bagus rupanyaDitimpah air mulia tampaknyaTumpah darahku Indonesia namanya(Mohammad Yamin)
7. Oktaf/Stanza, 
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
Contoh:
AwanAwan datang melayang perlahanSerasa bermimpi, serasa beranganBertambah lama, lupa di diriBertambah halus akhirnya seriDan bentuk menjadi hilangDalam langit biru gemilangDemikian jiwaku lenyap sekarangDalam kehidupan teguh tenang(Sanusi Pane)
8. Soneta, 
adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Contoh:
GembalaPerasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )Melihat anak berelagu dendang ( b )Seorang saja di tengah padang ( b )Tiada berbaju buka kepala ( a )Beginilah nasib anak gembala ( a )Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )Pulang ke rumah di senja kala ( a )Jauh sedikit sesayup sampai ( a )Terdengar olehku bunyi serunai ( a )Melagukan alam nan molek permai ( a )Wahai gembala di segara hijau ( c )Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )Maulah aku menurutkan dikau ( c )(Muhammad Yamin)
Puisi kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.

Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:
  1. Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk, dan O Amuk Kapak
  2. Ibrahim Sattah dengan kumpulan puisinya Hai Ti
  3. Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya Wajah Kita
Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Puisi mantra
adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. 
Ciri-ciri mantra adalah:
  1. Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu.
  2. Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri
  3. Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
Contoh:
Shang Haiping di atas pongpong di atas pingping ping bilang pongpong pong bilang pingmau pong? bilang pingmau mau bilang pongmau ping? bilang pongmau mau bilang pingya pong ya pingya ping ya pongtak ya pong tak ya pingya tak ping ya tak pongsembilu jarakMu merancap nyaring(Sutardji Calzoum Bachri dalam O Amuk Kapak, 1981)
2. Puisi mbeling 
adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main. 

Ciri-ciri puisi mbeling adalah:
  • Mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
Contoh:
Sajak Sikat GigiSeseorang lupa menggosok giginya sebelum tidurDi dalam tidur ia bermimpiAda sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbukaKetika ia bangun pagi hariSikat giginya tinggal sepotongSepotong yang hilang itu agaknyaTersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembaliDan ia berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan(Yudhistira Ardi Nugraha dalam Sajak Sikat Gigi, 1974)
  • Menyampaikan kritik sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan.
  • Menyampaikan ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyebut puisi mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.
3. Puisi konkret 
adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.
Contoh:
Doktorandus Tikus Iselusin togamengangaseratus tikus berkampusdiatasnyadosen dijeratprofesor diracunkucingkawindan buntingdengan predikatsangat memuaskan(F.Rahardi dalam Soempah WTS, 1983)
Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:
  1. Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
  2. Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
  3. Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
  4. Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif)
Demikian yang dapat saya tuangkan tentang puisi, semoga bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita.
Selengkapnya >>
Posted by: Yuliyati
Blog. Seri Bahasa Indonesia Updated at: 9:02 PM