Monday, February 10, 2014

Berbicara tentang aliran sastra, dalam karya sastra, dikenal beberapa aliran berikut:
1. Realisme.
Aliran sastra ini merupakan sastra yang melukiskan keadaan/peristiwa sesuai dengan kenyataan EKE apa adanya. Pengarang tidak menambah ataupun mengurangi suatu kejadian yang dilihatnya secara positif, yang diuraikan yang baik-baik saja.
Contoh: Karya sastra angkatan 45, baik prosa maupun puisi, banyak yang beraliran realisme. Seperti puisi berjudul pertemuan karya Chairil Anwar.

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tantang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi

2. Naturalisme.
Aliran sastra ini melukiskan sesuatu secara apa adanya yang dijiwai adalah hal-hal yang kurang baik.
Contoh: Pada sebuah kapal karya Nh. Dini dan cerpen-cerpen Motinggo Busye.

3. Neonaturalisme.
Merupakan aliran baru dari aliran neturalisme. Aliran ini tidak saja mengungkapkan sisi jelek, namun juga memandang sesuatu dari sudut yang baik pula. 
Contoh: Raumanen karya Marianne Kattopo, Katak hendak jadi lembu karya Nur Sultan Iskandar, dan Keluarga Purnama karya Ramadhan K.H.

4. Ekspresionisme
Yaitu aliran dalam sastra yang menekankan pada perasaan jiwa pengarangnya. 
Contoh: Puisi-puisi karya Chairil Anwar, Sutardji CB, Subagio Sastrowardojo, Toto Sudarto Bachtiar.

Puisi Doa, karya Charil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintu-Mu aku mengetuk

5. Impresionisme.
Yaitu aliran dalam sastra yang menekankan pada kesan sepintas tentang suatu peristiwa, kejadian atau benda yang ditemui atau dilihat pengarang. Dalam hal tersebut, engarang mengambil hal-hal yang penting-penting saja.

6. Determinisme.
Yaitu aliran dalam sastra yang melukiskan suatu peristiwa atau kejadian dari sisi jeleknya saja. Biasanya menyoroti pada ketidakadilan, penyelewengan dan lain-lain yang dianggap kurang baik pengarang. 
Contoh: Sebagian besar puisi angkatan 66.

7 Surelaisme.
Yaitu aliran dalam sastra yang melukiskan sesuatu secara berlebihan sehingga sulit dipahami oleh penikmat atau pembaca.
Contoh: Bib-Bob (drama) Karya Rendra, Lebih hitam dari hitam (cerpen) karya Iwan Simetupang, Pot (Puisi) karya Sutardji Calzoum Bachri.

8. Idealisme.
Yaitu aliran dalam sastra yang selalu melukiskan cita-cita, gagasan, atau pendirian engarangnya.
Contoh: Puisi-puisi karya Chairil Anwar.

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorangpun kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulan terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi
9. Simbolisme
Yaitu aliran sastra yang menampilkan simbol-simbol (isyarat) dalam karyanya. Hal ini dilakukan pengarang untuk mengelabui maksud yang sesungguhnya.

10. Romantisme.
Yaitu aliran dalam sastra yang selalu melukiskan sesuatunya secara sentimentil penuh perasaan.
Contoh: Dian Yang Tak Kunjung Padam, karya Sutan Takdir Ali Syahbana, Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana. Cintaku jauh di Pulau karya Chairil Anwar.Cintaku jauh di pulau

Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bukan memancar
Di leher kukalungkan oleh-oleh buat si pacar
Angin membantu, laut terang, tapi tersa
Aku tidak ‘kan sampai padanya
Di air tenang, angin mendayu
Di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertahta, sambil berkata
“Tujukan perahu ke pelabuhanku saja”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku
Manisku jauh di pulau
Kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri

11. Psikologisme.
Yaitu aliran dalam sastra yang selalu menekankan pada aspek-aspek kejiwaan.
Contoh: Ziarah (roman) karya  Iwan Simatupang, Belenggu (roman) karya Abdul Muis.

12. Didaktisme.
Yaitu aliran dalam sastra yang menekankan pada aspek-aspek pendidikan. Dalam sastra lama banyak karya yang bersifat mendidik.
Contoh: Salah Asuhan, roman, karya Abdul Muis, Karena Kerendahan Budi, karya HSD Muntu, Syair Perahu, syair karya Hamzah Fansuri.

13 Mistikisme.
Yaitu aliran dalam sastra yang melukiskan pengalaman dalam mencari dan merasakan nafas ketuhanan dan keabadian.
Contoh : Syair Perahu, karya Hamzah Fansuri, Nyanyi Sunyi, karya Amir Hamzah, Kekasih Abadi, karya Bahrum Rangkuti, Rindu Dendam, karya J.E. Tetengkeng.
Selengkapnya >>
Posted by: Yuliyati
Blog. Seri Bahasa Indonesia Updated at: 10:27 PM

Monday, February 3, 2014

Batasan Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur itu tidak boleh membentuk pola yang baru. 
Contoh:
- Adik menangis (merupakan kalimat mayor, kalimat tunggal, kalimat inti, bukan kalimat luas)
- Menangis adik (merupakan kalimat mayor, kalimat tunggal tetapi bukan kalimat inti dan bukan kalimat luas.


A. Transformasi Kalimat
Transformasi kalimat adalah suatu proses mengubah bentuk bahasa menjadi bentuk-bentuk lain baik dari bentuk sederhana ke bentuk yang lebih kompleks, maupun dari bentuk kompleks ke bentuk sederhana. 

B. Macam-Macam Kalimat Tunggal
Berdasarkan macamnya kalimat tunggal digolongkan sebagai berikut:
1. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang mendukung suatu pengungkapan peristiwa atau kejadian. Sebab itu kalimat berita dapat diungkapkan langsung maupun tidak langsung.
Contoh:
- Ia mengatakan "Saya tidak mau membayar utang itu." (langsung)
- Ayah membeli sebidang tanah (tidak langsung)

2. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu permintaan agar kita diberitahu sesuatu karena kita tidak mengetahui sesuatu hal. Perbedaan kalimat tanya dan kalimat berita adalah sebagai berikut:
  1. Intonasi yang diberikan adalah intonasi tanya.
  2. Sering menggunakan kata tanya.
  3. Dapat pula mempergunakan partikel tanya-lah.
Kata-kata yang sering digunakan dapat digolongkan berdasarkan sifat dan maksud pertanyaan seperti berikut:
  1. Menanyakan tentang benda atau hal: apa, dari apa, untuk apa, dan sebagainya.
  2. Menanyakan tentang manusia: siapa, dari siapa, dan lain-lain.
  3. Menanyakan tentang jumlah: berapa
  4. Menanyakan tentang pilihan atas beberapa hal atau barang: mana.
  5. Menanyakan tentang tempat: di mana, ke mana, dari mana.
  6. Menanyakan tentang waktu: bila, bilamana, kapan, apabila.
  7. Menanyakan tentang keadaan atau situasi: bagaimana, betapa.
  8. Menanyakan tentang sebab: mengapa, apa sebab dan sebagainya. 
Suatu pertanyaan yang sama sekali tidak menghendaki suatu jawaban disebut pertanyaan retoris. Kalimat ini biasa digunakan dalam pidato atau percakapan lain, yang sebenarnya pendengar sudah mengetahui jawabannya.

Jadi dapat disimpulkan ada tiga macam kalimat tanya, yaitu:
  1. pertanyaan biasa
  2. pertanyaan retoris, dan
  3. pertanyaan yang senilai dengan perintah.
3. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang menyuruh seseorang atau orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki, sebab perintah meliputi suruhan yang keras hingga permintaan yang halus.

Kalimat perintah dapat dirinci sebagai berikut:
  1. Perintah biasa. Contoh: Usirlah anjing itu!
  2. Permintaan. Contoh: Coba saya ambilkan buku itu!
  3. Izin. Contoh: Masukkan ke dalam, kalau tuan perlu!
  4. Ajakan. Contoh: Marilah kita beristirahat sebentar!
  5. Syarat. Contoh: Tanyakanlah padanya, tentu ia akan menerangkannya!
  6. Cemooh atau sindiran. Contoh: Pukullah dia kalau engkau berani!
  7. Larangan. Contoh: Jangan lewat sini! 
Perbedaan kalimat perintah, kalimat tanya, dan kalimat berita adalah sebagai berikut:
  1. Kalimat perintah intonasinya keras (terutama perintah biasa dan larangan)
  2. Kata kerja yang mendukung isi perintah biasanya merupakan kata kerja.
  3. Mempergunakan partikel pengeras -lah.
 C. Macam-Macam Gatra 
Kata-kata atau kelompok kata yang mendukung suatu kalimat disebut gatra. Jenis-jenis gatra dapat diurutkan sebagai berikut:
  1. Gatra-gatra inti, adalah gatra pangkal, gatra diterangkan, gatra digolongkan, gatra perbuatan, gatra menerangkan, gatra menggolongkan.
  2. Gatra-gatra tambahan, adalah gatra yang sifatnya tergantung dari kata yang dijelaskan, ada yang menerangkan kata kerja dalam fungsi tertentu, ada yang menerangkan kata benda, kata sifat dalam fungsi-fungsi tertentu.
Gatra tambahandalam suatu fungsi tertentu dibagi lagi berdasarkan hubungannya dengan gatra yang didukung oleh kata kerja.
a. Gatra yang rapat:
- Gatra pelengkap penderita
- Gatra pelengkap penyerta
- Gatra pelengkap pelaku

b. Gatra yang renggang:
(1). Keterangan tempat atau keterangan lokatif (menjelaskan suatu perbuatan atau peristiwa berlangsung yang didahului kata-kata tugas di, ke, dari, pada, dan lain-lain). Contoh: Ibu tinggal di rumah, ayah pergi ke kantor
(2). Keterangan waktu atau keterangan temporal; menjelaskan waktu perbuatan itu terjadi, biasanya dinyatakan kata-kata tugas kemarin, sekarang, besok, lusa, dan lain-lain.
(3). Keterangan alat atau keterangan instrumental menerangkan tindakan sedang dilaksanakan dengan + kata benda.
Contoh; Ayah memukul anjing dengan tongkat.
(4). Keterangan kesertaan atau keterangan komitatif: Keterangan yang menjelaskan ikut sertanya seseorang dalam suatu tindakan, dinyatakan dengan + orang dan kata tugas bersama.
Contoh: Saya bersama Ibu ke pasar.
(5). Keterangan sebab atau keterangan kausal: keterangan yang menyatakan suatu peristiwa terjadi, dinyatakan sebab, karena, oleh karena, dan lain-lain.
(6). Keterangan akibat atau keterangan konsekutif; keterangan yang menjelaskan akibat yang diperoleh karena suatu tindakan, didahului dengan kata sehingga, sampai, akibatnya.
Contoh: Kami berkerja sungguh-sungguh hingga letih
(7). Keterangan tujuan atau keterangan final: Keterangan yang menjelaskan perbuatan yang sengaja dicapai, didahului kata untuk, guna, supaya.
Contoh: Kita belajar supaya pandai.
(8). Keterangan perlawanan atau keterangan konsesif: Menjelaskan suatu perbuatan berlawanan dengan keadaan si pembicara, didahului dengan kata meskipun, biarpun, walaupun, sekalipun, sungguhpun, biar.
Contoh: Meskipun hujan, ia berangkat sekolah.
(9). Keterangan pembatasan: menjelaskan batas-batas suatu perbuatan dapat dikerjakan, dinyatakan dengan kata selain, kecuali.
Contoh: Semuanya boleh kau ambil, kecuali yang besar.
(10). Keterangan situasi: menjelaskan suasana perbuatan  sedang berlangsung.
Contoh: Ia belajar dengan enuh kegembiraan.
(11). Keterangan kualitatif; menjelaskan cara suatu peristiwa dilaksanakan.
Contoh: Ia bernyanyi dengan nyaring.
(12). Keterangan kuantitatif: menjelaskan berapa kali suatu proses berlangsung.
Contoh: Saya memukul anak itu dua kali.
(13). Keterangan perbandingan: menjelaskan suatu perbuatan atau membandingkan suatu perbuatan, dinyatakan dengan kata sama, sebagai, dan lain-lain.
Contoh: Ia sangat rajin seperti kakaknya.
(14). Keterangan modalitas: menjelaskan suatu proses berlaku secara subjektif.

Macam-macam keterangan modalitas
  1. Keterangan kondisional (syarat). Yaitu suatu perbuatan berlangsung bila syarat-syarat dipenuhi. Kata-kata yang mendukung jikalau, kalau, sekiranya, seandainya, dan lain-lain. Contoh: Engkau akan mendapatkan hadiah kalau rajin
  2. Keterangan kepastian: menjelaskan suatu perbuatan yang pasti terjadi. Contoh: Ia pasti datang.
  3. Keterangan kemungkinan (potensial): suatu perbuatan yang mungkin terjadi, dinyatakan oleh kata mungkin. Contoh: Mungkin dia yang menghasut pengacau itu.
  4. Keterangan keragu-raguan (dupitatif): terjadi proses diragukan oleh pembicara, dinyatakan oleh kata rupanya, kira-kira, barangkali, kalau-kalau. Contoh: Barangkali ayah besok kemari.
  5. Keterangan harapan (optatif) dan keinginan (desidratif): peristiwa yang diharapkan akan berlangsung, dinyatakan oleh kata sudi, mudah-mudahan, hendaknya, dan lain-lain.
  6. Keterangan ajakan (adhoratif): keterangan yang menyatakan si pembicara mengajak melakukan sesuatu tindakan, dinyatakan oleh baik, mari, dan lain-lain. Contoh: Mari kita menyanyikan lagu ini.
  7. Keterangan final (tujuan): termasuk keterangan modalitas.
(15). Keterangan aspek: keterangan yang menjelaskan terjadinya suatu proses secara objektif.
Keterangan aspek yang terpenting adalah:
1. Aspek inkoatif
Menyatakan suatu peristiwa mulai dari terjadi, dinyatakan oleh kata mulai, atau partikel pun+lah.
Contoh; 
- Kami mulai belajar.
- Mereka pun berangkat lah.
2. Aspek kompletif (perfektif): peristiwa telah selesai mencapai akhirnya. Bila terlihat hasilnya, aspek ini disebut aspek resultatif.
Contoh: Saya sudah datang
3. Aspek inkompletif: suatu proses belum lengkap. 
Contoh: Permainan itu sedang dilangsungkan di Senayan
4. Aspek futuratif: menyatakan suatu perbuatanakan berlangsung.
Contoh: Saya akan pergi ke Jakarta besok.
5. Aspek repetitif: menyatakan suatu proses terjadi sekali lagi.
Contoh: Saya pergi lagi ke rumahnya.
6. Aspek frekuentatif: suatu proses terjadi berulang kali, dinyatakan dengan kata selalu, kadang-kadang, acapkali, sering, dan lain-lain.
Contoh: Anak itu sering membuat ulah.
7. Aspek spontanitas (serta merta): menyatakan suatu proses terjadi dengan tidak disangka-sngka, dinyatakan dengan tiba-tiba, sekonyong-konyong, dan lain-lain.
Contoh: Tiba-tiba munculah ia dari balik belukar itu.
Selengkapnya >>
Posted by: Yuliyati
Blog. Seri Bahasa Indonesia Updated at: 11:57 PM
A. Batasan Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa, sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat yang baru di samping pola yang sudah ada.
Contoh:
- Anak itu menendang bola.
- Anak yang kau sebut kemarin itu, menendang bola.

Kalimat majemuk adalah penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih sehingga kalimat yang baru ini mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Contoh:
- Ayah menulis surat
- Ibu duduk di sampingnya
- Ayah menulis surat sambil ibu duduk di sampingnya

B. Macam-macam Kalimat Majemuk

1. Kalimat majemuk setara.
Kalimat majemuk setara yaitu hubungan antara kedua buah kalimat sederajat atau setara. Hubungan setara dapat diperinci sebagai berikut:

a). Setara menggabungkan.
Penggabungan terjadi dengan merangkaikan dua kalimat tunggal dengan diantarai kesenyapan, dengan kata-kata tugas seperti: dan, lagi, sesudah itu, karena itu.
Contoh: Saya menangkap ayam, dan ibu memotongnya.
b). Setara memilih
Kata-kata tugas yang dipakai adalah atau.
Contoh: Kamu mau ikut ke rumah nenek atau kamu tinggal di rumah sendirian?
c). Setara mempertentangkan
Kata-kata tugas yang dipakai antara lain: tetapi, melainkan, hanya.
Contoh: Adiknya naik kelas, tetapi ia sendiri tinggal kelas

2. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat yang hubungan pola-polanya tidak sederajat. Bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat sedangkan yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat.
Sesuai dengan fungsinya, anak kalimat dapat dibagi sebagai berikut:

a). Anak kalimat yang menduduki fungsi gatra-gatra inti.
Contoh:
- Yang harus menyelesaikan pekerjaan itu, telah pergi meninggalkan kami tanpa pamit

b). Anak kalimat yang menduduki salah satu bahan tambahan
1. Yang rapat
Contoh: Ia tidak mengetahui bahwa kami telah pergi meninggalkan tempat itu.
2. Yang renggang
Contoh: Ia telah memukul anak, yang mencuri buah-buahan di halaman belakang rumahnya.

3. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran yaitu kalimat yang terdiri dari sebuah pola atasan sekurang-kurangnya dua pola bawahan atau sekurang-kurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan.
a. Satu pola atasan dan dua pola bawahan
Contoh:
Kami telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian yang dimeriahkan oleh para artis ibu kota, serta dihadiri pula oleh para pembesar kota itu
b. Dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan
Contoh:
Bapak menyesalkan perbuatan itu, dan meminta agar kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama, yang dapat merugikan nama baik keluarga dan kedudukannya.

C. Hubungan antara Induk Kalimat dan Anak Kalimat

Hubungan induk kalimat dan anak kalimat adalah bagaimana kedudukan anak kalimat itu terhadap gatra-gatra dalam induk kalimat.
Anak kalimat dapat dibedakan berdasarkan kedudukanya atau hubungannya dengan induk kalimat.

1. Anak kalimat gatra pangkal
Seluruh anak kalimat yang menduduk fungsi gatra pangkal.
Contoh: Yang menyampaikan berita itu, telah pergi sejam yang lalu.

2. Anak kalimat keterangan gatra pangkal
Contoh:
Kemarin pelajar-pelajar yang telah menempuh ujian akhirnya, berkumpul di sekolah untuk mendengarkan hasi ujiannya.

3. Anak kalimat gatra pelengkap penderita
Contoh: Sering sudah kukatakan, bahwa revousi jangan diukur dengan hari dan dengan tahun.

4. Anak kalimat keterangan waktu: menduduki jabatan atau fungsi keterangan sebab dari induk kalimat. 
Contoh: Ketika mereka tiba disini, kami tidak ada.

5. Anak kalimat keterangan gatra pelengkap
Contoh: Saya membawa buku, yang kujanjikan kemarin.

6. Anak kalimat keterangan sebab: menduduki fungsi keterangan sebab dari induk kalimat
Contoh:
Pekerja-pekerja itu enggan mengerjakan pekerjaan itu, karena upah untuk itu terlalu rendah.

7. Anak kalimat keterangan perlawanan: menduduki jabatan keterangan perlawanan dari induk kalimat.
Contoh:
Meskipun kami telah mencoba mensintesakan, kedua dokumen yang penting itu, kami tidak dipimpin oleh keduanya itu saja.

D. Kalimat Transitif dan Kalimat Intransitif

Suatu kalimat aktif termasuk transitif atau intransitif dilihat dari kata kerja yang menjadi predikat kalimat aktif itu. Kalimat aktif dikatakan transitif jika predikatnya berupa kata kerja dapat berupa kata kerja aus (seperti makan, minum), kata kerja berawalan me-, me-kan, me-i (memerlukan objek langsung atau dibubuhi objek langsung sesudahnya)
Kalimat aktif intransitif yaitu kalimat aktif yang predikatnya berupa kata kerja intransitif, umumnya berupa kata kerja berawalan ber- beberapa berawalan me-.

Kata kerja intransitif tidak memerlukan objek (pelengkap) atau tidak dapat diberi subjek sesudahya.

Perhatikan:
Transitif
Intransitif
Adik sedang menangis
Adik sedang menangisi bonekanya
Adik sedang tidur di kamar
Ibu sedang menidurkan adik di kamar
Orang itu tertawa
Orang itu menertawai/menertawakan hal itu
Mari kita mendoa
Mari kita mendoakan almarhum

E. Kalimat Langsung dan Kalimat Tidak Langsung

1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung dukutip dari pembicaraan seseorang, atau kalimat itu merupakan langsung ucapan seseorang.
Dalam bahasa tertulis, kalimat dituliskan diantara tanda petik.
Contoh:
a. "Hai anak-anak, akan pergi ke manakan kalian ini?" tegur orang itu.
b. Kedua anak itu menjawab, "Kami akan memasuki desa ini untuk mencari makan."

2. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tidak langsung merupakan ucapan seseorang yang diucapkan lagi orang lain, atau prang lain menceritakan yang diucapkan orang lain. Sungguhpun susunannya berubah, namun maksudnya tetap.
Kata ganti orang kesatu dan kedua dalam kalimat langsung berubah menjadi kata ganti orang ketiga dalam kalimat tidak langsung.
Contoh:
a. Ayah mengatakan bahwa besok mereka akan berangkat ke Jakarta.
b. Adi mengatakan bahwa Siti belum pulang.
Selengkapnya >>
Posted by: Yuliyati
Blog. Seri Bahasa Indonesia Updated at: 10:05 PM

Sunday, February 2, 2014

A. Pengertian Sastra
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) arti kata sastra adalah “karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya”. Karya sastra berarti karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan caranya yang khas. Pembaca sastra dimungkinkan untuk menginterpretasikan teks sastra sesuai dengan wawasannya sendiri.

Menurut Wellek dan Warren (1989) sastra adalah sebuah karya seni yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. sebuah ciptaan, kreasi, bukan imitasi
2. luapan emosi yang spontan
3. bersifat otonom
4. otonomi sastra bersifat koheren(ada keselarasan bentuk dan isi)
5. menghadirkan sintesis terhadap hal-hal yang bertentangan
6. mengungkapkan sesuatu yang tidak terungkapkan dengan bahasa sehari-hari.

Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan suatu kecakapan dalam menggunakan bahasa yang berbentuk dan bernilai sastra. Jelasnya faktor yang menentukan adalah kenyataan bahwa sastra menggunakan bahasa sebagai medianya. Berkaitan dengan maksud tersebut, sastra selalu bersinggungan dengan pengalaman manusia yang lebih luas daripada yang bersifat estetik saja. Sastra selalu melibatkan pikiran pada kehidupan sosial, moral, psikologi, dan agama. Berbagai segi kehidupan dapat diungkapkan dalam karya sastra.

Sastra dapat memberikan kesenangan atau kenikmatan kepada pembacanya. Seringkali dengan membaca sastra muncul ketegangan-ketegangan (suspense). Dalam ketegangan itulah diperoleh kenikmatan estetis yang aktif. Adakalanya dengan membaca sastra kita terlibat secara total dengan apa yang dikisahkan. Dalam keterlibatan itulah kemungkinan besar muncul kenikmatan estetis. Menurut Luxemburg dkk (1989) sastra juga bermanfaat secara rohaniah. Dengan membaca sastra, kita memperoleh wawasan yang dalam tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual dengan cara yang khusus.

Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa sastra adalah hasil cipta manusia dengan menggunakan media bahasa tertulis maupun lisan, bersifat imajinatif, disampaikan secara khas, dan mengandung pesan yang bersifat relatif.

B. Fungsi Sastra
Dalam kehidupan masyarakat, sastra memiliki beberapa fungsi sebagai berikut
  1. Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya
  2. Fungsi didaktif yaitu sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
  3. Fungsi estetis, yatiu sastra mampu memberikan keindahan penikmat/pembacanya karena sifat keindahannya.
  4. Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan engetahuan kepada pembaca/peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi.
  5. Fungsi religius, yaitu sastra pun menghadirkan karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat/pembaca sastra.
C. Ragam Sastra
Dilihat dari bentuknya, sastra terdiri dari 4 (empat) betuk berikut
  1. Prosa, bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi.
  2. Puisi, bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan adat serta indah. Untuk puisi lama, selalu terikat oleh kaidah-kaidah atau aturan tertentu, yaitu: 1). Jumlah baris tiap-tiap baitnya; 2) Jumlah suku kata atau kata dalam tiap-tiap kalimat atau barisnya; 3) Irama, dan 4). Persamaan bunyi kata. 
  3. Prosa liris, bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi, namun menggunakan bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa.
  4. Drama, yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada dua pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan
Dilihat dari isinya, sastra terdiri atas 4 macam, yaitu:
  1. Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara objektif tanpa mengikutkan pikiran dan perasaan pribadi pengarang.
  2. Lirik, karangan yang berisi curahan perasaan secara subjektif.
  3. Didaktik, karya sastra yang isinya mendidik penikmat/pembaca tentang masalah moral, tata krama, masalah agama, dan lain-lain.
  4. Dramatik, karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian (baik atau buruk) dengan pelukisan yang berlebih-lebihan.
Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri dari 3 (tiga) bagian berikut:
  1. Kesusastraan lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama dalam sejarah bangsa Indonesia
  2. Kesusastraan Peralihan, kesusastraan yang hidup pada zaman Abdullah bin Abdulkadir Munsyi.
  3. Kesusastraan Baru, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat baru Indonesia. 
D. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik
Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam  yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti: tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar dan pelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsur ekstrisik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya, menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.

1. Unsur Intrinsik

a. Tema dan Amanat
Tema adalah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema mayor ialah teman yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor ialah tema yang tidak menonjol.
Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi makna niatan dan makna muatan. Makna niatan adalah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah makna yang termuat dalam karya sastra tersebut.

b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar (flash character) dan tokoh bulat (round character).
Tokoh datar ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalnya baik saja atau buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat ialah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi ada perkembangan  yang terjadi pada tokoh ini. dari segi kejiwaan dikenal tokoh introvert dan ekstrovert. Tokoh introvert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal pula dengan tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Antagonis adalah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. 
Penokohan atau perwatakan ialah teknik atau cara-caranya menampilkan tokoh. Ada beberapa cara menampilkan tokoh, yaitu 1). Cara analitik, ialah cara penampilan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang. Jadi, pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara langsung. 2). Cara dramatik ialah cara menampilkan tokoh tidak secara langsung tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku atau tokoh lain dalam suatu cerita.
Dialog ialah cakapan antara seorang tokoh dengan banyak tokoh.
Dualog ialah cakapan antara dua tokoh saja.
Monolog ialah bentuk cakapan batin terhadap kejadian lampau dan yang sedang terjadi.
Solilokui, ialah bentuk cakapan batin terhadap peristiwa yang akan terjadi.

c. Alur dan Pengaluran
Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Alur terdiri atas beberapa bagian berikut:
  1. Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya.
  2. Tikaian, yaitu terjadinya konflik diantara tokoh-tokoh pelaku.
  3. Gawatan atau rumitan, yaitu konflik tokoh-tokohnya semakin seru.
  4. Puncak, yaitu saat puncak konflik diantara tokoh-tokohnya.
  5. Leraian, yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai terungkap.
  6. Akhir, yaitu saat seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan.
Pengaluran yaitu teknik atau cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya, pengaluran dibeakan menjadi alur erat dan alur longgar. Alur erat ialah alur yang tidak memungkinkan adanya pencabangan cerita. Alur longgar adalah alur yang memungkinkan adanya pencabangan cerita. Menurut kuantitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang hanya satu  dalam karya sastra. Alur ganda ialah alur yang lebih dari satu dalam karya sastra. 
Dari segi urutan waktu, pengaluran dibedakan menjadi alur lurus dan alur tak lurus. Alur lurus adalah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan  dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah alur yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik (backtracking), sorot balik (flashback), atau campuran keduanya. 

d. Latar dan Pelataran
Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting ini dibedakan menjadi latar material dan sosial. Latar material ialah lukisan latar belakang alam atau lingkungan dimana tokoh tersebut berada. Latar sosial ialah lukisan tata krama tingkah laku, adat dan pandangan hidup. Sedangkan perlataran ialah teknik atau cara-cara menampilkan latar. 
e. Pusat Pengisahan
Ialah sudut pandang suatu cerita dikisahkan oleh pencerita. Pencerita disini adalah pribadi yang diciptakan pengarang untuk menyampaikan cerita. Paling tidak ada dua pusat pengisahan yaitu pencerita sebagai orang pertama dan pencerita sebagai orang ketiga. Sebagai orang pertama pencerita duduk dan terlihat dalam  cerita tersebut, biasanya sebagai aku dalam tokoh cerita. Sebagai orang ketiga, pencerita tidak terlihat dalam cerita tersebut, ia duduk sebagai seorang pengamat atau dalang yang serba tahu.
2. Unsur Ekstrinsik
Tidak ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom. Karya sastra ini selalu berhubungan secara ekstrinsik dengan luar sastra. Dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti tradisi sastra, kebudayaan lingkungan, pembaca sastra, serta kejiwaan mereka. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Untuk melakukan pendekatan terhadap unsur ekstrinsik, diperlukan bantuan-bantuan ilmu kerabat seperti sosiologi, psikologi, dan lain-lain.
Selengkapnya >>
Posted by: Yuliyati
Blog. Seri Bahasa Indonesia Updated at: 10:25 PM
Kata penghubung adalah kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa atau kalimat dengan kalimat. Umpamanya kata dan, karena, dan ketika. Dilihat dari fungsinya, berikut ini dua macam kata penghubung:

1. Kata penghubung yang kedudukannya sederajat atau setara terdiri dari beberapa hal berikut:
  • Menggabungkan biasa; dan, dengan, serta.
  • Menggabungkan memilih: atau
  • Menggabungkan mempertentangkan: tetapi, namun, sedangkan, sebaliknya
  • Menggabungkan membetulkan: melainkan, hanya
  • Menggabungkan menegaskan: bahkan, malah (malahan), lagipula, apalagi, jangankan
  • Menggabungkan membatasi: kecuali, hanya
  • Menggabungkan mengurutkan: lalu, kemudian, selanjutnya
  • Menggabungkan menyamakan: yaitu, yakni, bahwa, adalah, ialah
  • Menggabungkan menyimpulkan: jadi, karena, itu, oleh sebab itu
2. Kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya bertingkat dibedakan sebagai berikut:
  • Menyatakan sebab: sebab dan karena
  • Menyatakan syarat: kalau, jikalau, jika, bila, apalagi, dan asal
  • Menyatakan tujuan: agar dan supaya
  • Menyatakan waktu: ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala.
  • Menyatakan akibat: sampai, hingga, dan sehingga
  • Menyatakan sasaran: untuk dan guna
  • Menyatakan perbandingan: seperti, sebagai, dan laksana
  • Menyatakan tempat: tempat
1. Kata Penghubung dan
Kata penghubung ini untuk menyatakan "gabungan biasa" digunakan pada bagian berikut:
a. Diantara dua buah kata benda
Contoh:
Ibu dan ayah pergi ke Bogor
Ayah membeli rokok dan korek api

b. Di antara dua buah kata kerja
Contoh:
Mereka makan dan minum di kelas
Ibu mencuci dan menyetrika pakaian kami

c. Diantara dua buah kata sifat yang tidak bertentangan.
Contoh;
Anak itu rajin dan pandai
Pohon durian itu besar dan tinggi

Catatan:
1). Kalau keduanya kata sifat yang digabungkan dengan kata penghubung dan  itu sifatnya bertentangan, maka tidak mungkin menduduki fungsi predikat.
Jadi mungkin terdapat kalimat sebagai berikut;
- Anak itu rajin dan malas
- Pohon durian itu besar dan kecil
Tetapi kedua kata sifat ini banyak menduduki fungsi subjek. Umpamanya sebagai berikut:
- Kaya dan miskin di hadapan Tuhan sama saja
- Buruk dan baik perlu dipertimbangkan masak-masak

2) Jika yang dihubungkan lebih dari dua buah kata, maka  kata penghubung dan hanya digunakan diantara dua buah kata yang terakhir.
- Kami memerlukan kertas, lem, gunting, dan benang
- Dia dipukul, dibanting, dan ditendang oleh musuhnya
- Anaknya pandai, ramah, dan rajin 

d. Di antara dua buah klausa (bagian kalimat) dalam sebuah kalimat majemuk/luas
Contoh;
Saya mau piano dan adik menggesek biola
Ali belajar bahasa Inggris dan kakaknya belajar bahasa Arab

Jikalau klausa-klausa yang digabungkan itu lebih tinggi dari 2 buah, maka kata penghubung dan hanya digunakn di antara dua buah klausa yang terakhir.
Contoh:
Gubernur menyumbang sepuluh juta rupiah, bupati menyumbang lima juta rupiah, dan para pengusaha menyumbang enam juta rupiah.

2. Kata Penghubung dengan
Kata penghubung ini fungsinya untuk menyatakan "gabungan biasa", dapat pula digunakan diantara dua buah kata benda.
Contoh:
- Ibu dengan ayah pergi ke Bogor
- Dia dengan anaknya sudah datang

3. Kata Penghubung serta
Kata enghubung serta dengan fungsinya untuk menyatakan "gabungan biasa" digunakan di antara dua buah kata benda.
Contoh:
- Kakak serta nenek akan datang minggu depan
- Uangmu serta uangku sebaiknya kita satukan saja untuk modal usaha.

Catatan:
Kata penghubung dengan, serta, sebaiknya diganti/digunakan kata penghubung dan.
4. Kata Penghubung atau
Kata penghubung atau  dengan fungsi untuk menyatakan "memilih" dapat digunakan di antara bagian berikut.
a. Dua buah kata benda atau frase benda
Contoh:
- Nama orang itu Adi atau Andi?
- Sarjana teknik atau sarjana sastra sama pentingnya dalam pembangunan.

b. Dua buah kata kerja
Contoh:
- Jangan menegur atau mengajak bicara anak-anak nakal itu.
- Dalam peperangan seperti itu tidak ada pikiran lain, membunuh atau dibunuh.

c. Dua buah kata sifat yang berlawanan maknanya.
Contoh:
- Kaya atau miskin dihadapan tuhan tidak ada bedanya
- Mahal atau murah akan kubeli rumah itu

d. Kata kerja atau kata sifat dengan ingkarannya
Contoh:
- Kamu mau datang atau tidak, itu adalah urusanmu
- Jujur atau tidak jujur orang-orang itu saja tidak tahu.

e. Dua buah klausa dalam sebuah kalimat majemuk setara
Contoh:
- Saya yang datang kerumahnya, atau kau yang datang kerumahku?
- Sebaiknya kita berangkat sekarang saja, atau kita tunggu dulu kedatangan beliau.

Catatan:
Kalau yang harus dipilih terdiri dari lebih dua unsur, maka kata penghubung atau ditempatkan diantara kedua unsur yang terakhir.
Contoh:
- Teh, kopi, atau air putih yang hendak kau minum.
- Nama anak itu Difa, Dika atau Dita?

5. Kata Penghubung tetapi
Kata hubung tetapi dengan fungsi untuk menyatakan "menggabungkan pertentangan" digunakan di antara bagian berikut.
a. Dua buah kata sifat yang berkontras di dalam sebuah kalimat.
Contoh:
- Anak itu cerdas tetapi malas
- Dia memang bodoh tetapi rajin

b. Dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada identitas yang sama sedangkan predikatnya adalah dua buah kata sifat yang berkontras.
Contoh:
- Rumah itu besar dan indah, tetapi halamannya sempit
- Anak itu memang bodoh, tetapi hatinya jujur

c. Dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada pada identitas yang tidak sama dengan predikatnya adalah dua buah kata sifat yang berlawanan.
Contoh:
- Ali sangat pandai tetapi Sudin sangat bodoh
- Di luar rumah sangat gelap sekali, tetapi di dalam terang benderang

d. Dua buah klausa yang klausa pertama berisi pertanyaan dan klausa kedua berisi pengingkaran dengan kata tidak.
Contoh:
- Kami ingin melanjutkan sekolah tetapi tidak ada biayanya
- Saya memang hadir di sana tetapi tidak melihat hal-hal yang mencurigakan

Catatan:
Kata penghubung tetapi  tidak dapat digunakan sebagai penghubung antar kalimat
Contoh: 
- Saya ingin terus belajar. Tetapi ayah menyuruh saya bekerja 
(Seharusnya: Saya ingin terus belajar, tetapi ayah menyuruh saya bekerja.)
- Ibu mengizinkan saya pergi ke sana. Tetapi ayah melarang
(Seharusnya: Ibu mengizinkan saya pergi, tetapi ayah melarang) 

6. Kata Penghubung namun
Kata penghubung namun dengan fungsi "menggabungkan mempertentangkan" digunakan di antara dua buah kalimat. Kalimat pertama atau kalimat sebelunya berisi penyatuan dan kalimat kedua berisi pernyataan yang kontras dengan kalimat pertama.
Contoh:

  • Sejak kecil dia kami asuh, kami didik, dan kami sekolahkan. Namun, setelah dewasa menjadi orang besar dia lupa kepada kami.
  • Sehabis lebaran banyak kantor masih sepi. Pegawai-pegawai cuma duduk-duduk, mengobrol, atau baca koran. Namun, mereka tetap berada di tempat sampai jam kantor.
Catatan:
1). Kata penghubung namun sesungguhnya sama fungsinya dengan kata penghubung tetapi. Namun, kata penghubung tetapi hanya digunakan sebagai penghubung antar klausa, sedangkan kata penghubung namun digunakan sebagai penghubung antar kalimat. Perhatikan contoh-contoh diatas. 2). Kata penghubung namun untuk lebih menegaskan, dapat diikuti kata begitu dan demikian.
Contoh:

  • Sejak kecil dia kami asuh, kami didik, dan kami sekolahkan. Namun begitusetelah dewasa menjadi orang besar dia lupa kepada kami.
  • Dia memang bandel, keras kepala, dan suka membantah. Namun demikian, hatinya baik dan suka menolong.
7. Kata Penghubung sedangkan
Kata penghubung ini dengan fungsi untuk "menggabungkan mempertentangkan atau mengkontraskan" digunakan di antara dua buah klausa.

Contohnya:
  • Ayah menjadi dokter di puskesmas, sedangkan ibunya menjadi bidan.
  • Kami bekerja keras memperbaiki tanggul yang jebol itu, sedangkan mereka berdua duduk-duduk saja berpangku tangan.
8. Kata penghubung sebaliknya
Kata penghubung sebaliknya dengan fungsi untuk menyatakan "menggabungkan mempertentangkan dengan tegas" dapat digunakan di antara dua buah klausa atau di antara dua buah kalimat.
Contoh:
Di hadapan kita dia memang ramah. Sebaliknya, jauh dari kita sombongnya bukan main.
Muara sungai itu lebar dan dangkal. Sebaliknya, di bagian hulu sungai itu sempit dan dalam.

9. Kata Penghubung malah dan malahan
Kata penghubung malah dan malahan  dengan fungsi untuk "menguatkan mempertentangkan" digunakan di antara dua buah klausa tentang amanat keduanya bertentangan.
Contoh:
- Diberi pertolongan bukannya mengucapkan terima kasih, malah ia memburuk-burukkan nama kita

10. Kata Penghubung bahkan
Kata penghubung bahkan dengan fungsi "menggabungkan menguatkan" dapat digunakan di antara dua buah kalimat.
Contohnya:
- Anak itu memang nakal. Bahkan ibunya sendiri pernah ditipunya.
- Dia pandai sekali memegang rahasia. Bahkan kita sendiri tidak tahu.

11. Kata Penghubung lagipula
Contohnya: 1) Saya tidak hadir karena sakit. Lagipula saya tidak diundang.  2). Mari kita makan di restoran ini saja, masakannya enak, harganya murah, lagipula pelayanannya memuaskan.

12. Kata Penghubung apalagi
Kata penghubung apalagi dengan fungsi untuk menyatakan "menggabungkan menguatkan" digunakan pada awal keterangan tambahan atau kalimat tambahan.
Contoh:
- Kamu saja yang lulusan SMA tidak tahu, apalagi saya yang cuma tamatan SD 
Jalan-jalan di ibu kota seringkali macet. Apalagi pada jam-jam sibuk.

Catatan:
1). Secara optimal kata penghubung apalagi dapat diikuti kata kalau atau jika, bila digunakan pada kalimat yang tidak bersubjek.
Contoh: Hawa disini sejuk sekali, Apalagi kalau malam hari. Saya tidak dapat hadir. Apalagi jika tidak dijemput.

2) Kata penghubung lebih-lebih pula atau lebih-lebih lagi dengan fungsi untuk menyatakan "menguatkan" dapat digunakan pada awal keterangan tambahan atau kalimat tambahan, sebagai varian dari kata penghubung apalagi atau apalagi kalau. Contoh: Anak itu memang nakal, lebih-lebih lagi di sekolah. Saya tidak mau bicara dengan dia, lebih-lebih pula kalian sikapnya begitu. 
13. Kata Penghubung itupun
Kata penghubung itupun dengan fungsi "menggabungkan menguatkan" dapat digunakan diantara dua buah kalimat yang amanatnya sejalan. Kalimat pertama biasanya diawali dengan kata penghubung hanya.
Contoh:
- Hanya lima orang yang hadir dalam rapat itu. Itupun dua orang diantara mereka sudah akan meninggalkan rapat sebelum selesai. 
- Hanya seribu rupiah yang akan dapat kuberikan. Itupun sebenarnya lembaran uangku stu-satunya yang terakhir.

14. Kata Penghubung  jangankan
Kata penghubung jangankan dengan fungsi "menguatkan mempertentangkan" digunakan pada bagian berikut.
a. Di depan klausa pertama pada sebuah kalimat majemuk setara sedangkan pada klausa kedua biasanya disertakan partikel pun.
Contohnya:
Jangankan berjalan, berdiri pun aku tak sanggup
Jangankan seribu, seripiah pun tak punya

b. Di depan klausa pertama pada sebuah kalimat majemuk setara sedangkan klausa keduanya diawali dengan kata sedangkan.
Contohnya:
Jangankan cuma mendaki bukit itu, sedangkan Gunung Merapi yang lebih tinggi sudah pernah kudaki
Jangankan membeli buku, sedangkan untuk membeli makanan saja uangku tak pernah cukup. 

c. Di depan klausa pertama pada sebuah kalimat majemuk setara seangkan klausa keduanya diawali dengan kata "malah" atau "malahan."
Contohnya:
Jangankan membantu kita, malah kita yang harus membantunya
Jangankan dapat menabung untuk masa depan, malah untuk biaya makan sehari-hari saja tidak cukup

15. Kata Penghubung melainkan
Kata penghubung ini dengan fungsi untuk menyatakan "koreksi atau pembetulan" digunakan diantara dua buah klausa. Klausa pertama biasanya disertai dengan kata ingkar bukan, yang diletakan di muka unsur kalimat yang akan dikoreksi.
Contoh:
Kami bukan mengejek, melainkan mengatakan apa adanya

16. Kata Penghubung hanya
Kata penghubung hanya digunakan dengan aturan sebagai berikut:
a. Untuk menyatakan "menggabungkan-mengecualikan" digunakan diantara dua buah klausa.
Contohnya:
Semua orang setuju, hanya dia yang tidak setuju
Kami semua sudah siap untuk bertransmigrasi, hanya dia yang masih ragu-ragu

b. Untuk menyatakan "menggabungkan mengoreksi" digunakan di antara dua buah klausa. Klausa pertama berisi pertanyaan positif, dan klausa kedua berisi pertanyaan yang mengurangi kepositifan klausa pertama.
Selengkapnya >>
Posted by: Yuliyati
Blog. Seri Bahasa Indonesia Updated at: 2:12 PM