Wednesday, November 27, 2013

A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
- Ayahku tinggal di Solo.
- Biarlah mereka duduk di sana.
- Dia menanyakan siapa yang akan datang.
- Hari ini tanggal 6 April 1973.
- Marilah kita mengheningkan cipta.
- Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.

2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen Dalam Negeri
   A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
   B. Direktorat Jenderal Agraria

b. 1. Patokan Umum
        1.1 Isi Karangan
        1.2 Ilustrasi
        1.2.1 Gambar Tangan
        1.2.2 Tabel
        1.2.3 Grafik

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
Misalnya:
- 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
- 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
- 0.0.30 jam (30 detik)

5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.

6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
- Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
- Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.

6b. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
- Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
- Lihat halaman 2345 seterusnya.
- Nomor gironya 5645678.

7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
- Acara kunjungan Adam Malik
- Bentuk dan Kedaulatan (Bab 1 UUD ’45)
- Salah Asuhan

8. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal suat atau (2) nama dan alamat surat.
Misalnya:
- Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
- Jakarta (tanpa titik)
- 1 April 1985 (tanpa titik)
- Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
- Jalan Arif 43 (tanpa titik)
- Palembang (tanpa titik)

Atau:

- Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
- Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
- Jakarta (tanpa titik)

B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
- Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
- Surat biasa, surat kilat, maupun surat khusus memerlukan prangko.
- Satu, dua, … tiga!

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, atau melainkan.
Misalnya:
- Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
- Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului indukn kalimatnya.
Misalnya:
- Kalau hari hujan, saya tida datang.
- Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
- Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
- Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
- Dia tahu bahwa soal itu penting.

3. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,
meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
…. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.

…. Jadi, soalnya tidak semudah itu.

4. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
- O, begitu?
- Wah, bukan main!
- Hati-hati, ya, nanti jatuh.

5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
(Lihat juga pemakaian tanda petik)
Misalnya:
- Kata ibu “Saya gembira sekali.”
- “Saya gembira sekali,” kata ibu, “karena kamu lulus.”

6. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat
dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
- Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas
- Indonesia, Jalan raya Salemba 6, Jakarta.
- Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor.
- Kuala Lumpur, Malaysia.

7. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: Pustaka Rakjat.

8. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
- W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

9. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
- B. Ratulangi, S.E.
- Ny. Khadijah, M.A.

10. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
- 12,5 m
- Rp12,50

11. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah)
Misalnya:
- Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
- Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang aki-laki yang makan sirih.
- Semua siswa, baik yang laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara.

Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.

12.Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
- Dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
sungguh-sungguh.
- Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.

Bandingkan dengan:

- Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam upaya pembinaan dan
pengembanagan bahasa.
- Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.

13. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langung itu berakhir dengan tanda tanya atau seru.
Misalnya:
“Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
“Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.

C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Misalnya:
- Malam akan larut; pekerjaan belum selesai juga

2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghafal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.

D. Tanda Dua Titik (:)
1a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
- Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
- Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

1b. Tanda titk dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengkahiri pernyataan.
Misalnya:
- Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
- Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.

3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua : Ahmad Wijaya
    Sekretaris : S. Handayani
    Bendahara : B. Hartawan

b. Tempat Sidang : Ruang 104
    Pengantar Acara : Bambang S.
    Hari : Senin
    Waktu : 09.30

4. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
- Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”
- Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk)
- Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar)

5. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan , serta (iv) di antara nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
- Tempo, I (34), 1971: 7
- Surah Yasin: 9
- Karangan Ali Hakim, Pedidikan Seumur Hidup: sebuah Studi, sudah terbit.
- Tjokronegoro, Sutomo, Tjukuplah Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita?
- Djakarta: Eresco, 1968.

E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
- Di samping cara-cara lama itu ju-
ga cara yang baru

suku kata yang berupa satu vocal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ….
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau
beranjak ….

Atau

Beberapa pendapat mengenai masalah
Itu telah disampaikan ….
Walaupun sakit, mereka tetap tidak
mau beranjak ….

Bukan:

Beberapa pendapat mengenai masalah i-
tu telah disamapaikan ….
Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-
beranjak ….

2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada acara baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
Senjata merupakan alat pertaha-
nan yang canggih.
Akhiran i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
3. Tanda hubung meyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
- Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
- Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.

4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973

5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan baian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5.000), tanggung jawab-dan
kesetiakawanan-sosial

Bandingkan dengan:

Be-revolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25.000), tanggung jawab dan
kesetiakawanan sosial

6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
Misalnya:
se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H,
sinar-X; Menteri Sekretaris Negara.

7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an

F. Tanda Pisah (-)
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan tercapai-diperjuangkan
oleh bangsa itu sendiri.

2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan oposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini-evolusi, teori kenisbian, dan kini juga
pembelahan atom-telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

3. Tanda pisah dipakai di antara dua dilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
1910-1945
Tanggal 5-10 April 1970
Jakarta-Bandung
Catatan:Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

G. Tanda Elipsis (…)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.

2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam satu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
- Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:

Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah titik untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati….

H. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
- Kapan ia berangkat?
- Saudara tahu, bukan?

2. Tanda taya dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat membuktikan kebenarannya.
Misalnya:
- Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
- Uangnya sebanyak 10 jta rupiah (?) hilang.

I. Tanda Seru (!)
1. Tanda seru dipakai sesuda ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
- Alangkah seramnya peristiwa itu!
- Bersihkan kamar itu sekarang juga!
- Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya.
- Merdeka!

J. Tanda Kurung ((…))
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
- Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.

2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
- Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
- Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.

3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
- Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain (a).
- Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.

4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
- Factor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

K. Tanda Kurung Siku ([…])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di naskah asli.
Misalnya:
- Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2. Tanda kurung siku menapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
- Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat
halaman 35-38] perlu dibentangkan.

L. Tanda Petik (“…”)
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan daan nskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
- Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat.
- Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” dimuat dalam majalah Tempo.
- Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
- Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
- Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.

4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengahkiri petikan langsung.
Misalnya:
- Kata Tono, “Saya juga minta satu.”

5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
- Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.
- Bang Komar sering disebut “pahlawan”; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Catatan:

Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu
ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.

M. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
- Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
- “Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.

2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung)
Misalnya:
feed-back ‘balikan’

N. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomormpada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
- No. 7/PK/1973
- Jalan Kramat III/10
- tahun anggaran 1985/1986

2. Tanda gris miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
- dikirimkan lewat ‘dikirim lewat darat atau darat/laut lewat laut’
- harganya Rp25,00/lembar ‘harganya Rp25,00 tiap lembar’

O. Tanda Penyingkat atau Apostrof
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
- Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
- Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)
- 1 Januari ’88. (’88 = 1988)
Selengkapnya >>
Posted by: Yuliyati
Blog. Seri Bahasa Indonesia Updated at: 4:05 PM

Friday, November 22, 2013

Abad XXI bagi Bangsa Indonesia adalah abad industri yang disangga dengan teknologi informasi yang semakin canggih. Kemajuan tersebut menuntut dukungan budaya baca dan tulis, yaitu perwujudan perilaku yang mencakup kemampuan, kebiasaan, kegemaran, dan kebutuhan baca tulis. Namun budaya tersebut sampai penggal pertama dekade terakhir abad ke-20 belum berkembang di masyarakat Indonesia.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah mulai kapan kemampuan baca dan tulis itu mulai diajarkan? ada sebagian pendapat yang menyatakan bahwa membaca dan menulis baru diajarkan pada saat anak sudah di SD, tetapi banyak juga para ahli yang menyatakan bahwa membaca dan menulis harus diajarkan sejak dini.  Durkin (1966;1966a) telah mengadakan penelitian tentang pengaruh membaca dini pada anak-anak, dia menyimpulkan bahwa tidak ada efek negatif pada anak-anak dari membaca dini. Anak-anak yang telah  diajar membaca sebelum masuk SD pada umumnya lebih maju di sekolah dari anak-anak yang belum membaca dini. Ahli lain yaitu Steinberg telah berhasil dalam eksperimennya tentang mengajar membaca dini unuk anak usia 1-4 tahun. Dia juga menemukan bahwa anak-anak yang telah mendapat pelajaran membaca pada usia dini umumnya lebih aju di sekolah. Dia juga mengemukakan bahwa setidaknya ada empat keuntungan mengajar anak membaca dini dilihat dari segi proses belajar-mengajar.
  1. Belajar membaca dini memenuhi rasa ingin tahu anak.
  2. Situasi akrab dan informal di rumah dan di KB atau TK merupakan faktor yang kondusif bagia anak untuk belajar. 
  3. Anak-anak yang berusia dini umumnya perasa dan mudah terkesan serta dapat diatur.
  4. Anak-anak yang berusia dini dapat mempelajari sesuatu dengan mudah dan cepat. 

A. Pengertian Membaca
Kegiatan membaca pada dasarnya merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata, menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Anderson dkk. (1965) memandang membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan. Proses yang dialami dalam membaca adalah berupa penyajian kembali dan penafsiran suatu kegiatan dimulai dari mengawali huruf, kata, ungkapan, frase, kalimat, dan wacana serta menghubungkanya dengan bunyi dan maknanya. 

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca terkait dengan, (1) pengenalan huruf atau aksara, (2) bunyi dari huruf atau rangkaian huruf-huruf, dan (3) makna atau maksud, dan (4) pemahaman terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana.

Adapun menurut Hari (1970;3) membaca merupakan interpretasi yang bermakna dari simbol verbal yang tertulis/tercetak. Membaca adalah tindakan menyesuaikan arti kata dengan simbol-simbol verbal yang tertulis/tercetak. Sejalan dengan itu Kridalaksana (1993:13) juga mengemukakan bahwa membaca adalah "keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras". Kegiatan membaca dapat bersuara, dapat pula tidak bersuara. Jadi, membaca pada hakikatnya adlah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan. 

B. Pentingnya Kemampuan Membaca
Seperti telah dijelaskan, kemampuan membaca sangat penting dimiliki anak. Mary Leonhardt (1999:27) menyatakan ada beberapa alasan mengapa kita perlu menumbuhkan cinta membaca pada anak, alasan tersebut adalah:
  1. Anak yang senang membaca akan membaca dengan baik, sebagian besar waktunya akan digunakan untuk emmbaca.
  2. Anak-anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi. Mereka akan berbicara, menulis, dan memahami gagasan-gagasan rumit secara lebih baik.
  3. Membaca akan memberikan wawasan yang lebih luas dalam segala hal dn membuat belajar lebih mudah.
  4. Kegemaran membaca akan memberikan beragam perspektif kepada anak.
  5. Membaca akan membantu kepada anak memiliki rasa kasih sayang.
  6. Anak-anak yang gemar membaca dihadapkan pada suatu dunia yang penuh dengan kenungkinan dan kesempatan.
  7. Anak-anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berfikir kreatif dalam diri mereka.

C Tujuan Membaca. 
Tujuan membaca memang sangat beragam, bergantung pada situasi dan berbagai kondisi pembaca. Secara umum tujuan membaca ini dapat dibedakan sebagai berikut.
  1. Untuk mendapatkan informasi. Informasi yang dimaksud disini adalah informasi tentang fakta dan kejadian sehari-hari sampai informasi tingkat tinggi tentang teori-teori serta penemuan dan temuan ilmiah canggih.
  2. Agar citra dirinya meningkat. 
  3. Untuk melepaskan diri dari kenyataan misalnya saat dia merasa jenuh, sedih, bahkan putus asa.
  4. Membaca dapat pula untuk tujuan rekreatif/untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan seperti halnya menonton film atau bertamasya.
  5. Kemungkinan lain adalah orang membaca tanpa tujuan apa-apa, hanya karena iseng, tidak tahu apa yang dilakukan, jadi hanya sekedar mengisi waktu.
  6. Tujuan membaca yang tinggi adalah mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman serta estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Dalam hal ini bacaan yang dipilih adalah karya bernilai sastra. 

Demikian yang dapat saya uraikan mengenai Pengertian, Peranan dan Tujuan Membaca, semoga apa yang saya tuangkan disini mampu menambah wawasan kita dan bermanfaan untuk menambah pengetahuan kita.

(Diambil dari berbagai sumber)
Selengkapnya >>
Posted by: Yuliyati
Blog. Seri Bahasa Indonesia Updated at: 7:36 PM

Thursday, November 14, 2013

Sudahkan anda membaca hari ini? apa yang anda baca dan apa yang anda dapatkan dari kegiatan membaca yang anda lakukan? Jika anda membaca dengan benar, akan banyak hal yang dapat anda peroleh. Sebaliknya, membaca yang hanya sekedar menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa memahami artinya tidak akan memperoleh banyak manfaat. Menyuarakan lambang-lambang bunyi tanpa memahaminya memang sudah dapat dimasukan dalam kegiatan membaca, namun membaca seperti itu biasanya dilakukan anak-anak yang sedang belajar. Jadi, bagi yang sudah dapat membaca tentu saja membaca bukan sekedar menyuarakan lambang-lambang bunyi.

Menurut Tarigan (1983:7) membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melului media kata-kata atau bahasa tulis. Jadi dalam membaca terdapat suatu upaya untuk memperoleh pesan yang ada dalam tulisan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Harjasujana (1985:3) yang menyatakan bahwa membaca merupakan kegiatan merespon lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat. Hal ini juga menunjukkan bahwa dalam membaca perlu memahami isi bacaan.
Adapun menurut Kridalaksana (1993:135), membaca adalah keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk  urutan lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras. Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa dalam membaca kita perlu memahami tulisan. Selain itu, kita juga dapat mengetahui bahwa membaca dapat dilakukan dengan bersuara dan tidak bersuara. Menurut Dechant dalam Zuchdi (2007:21), membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Definisi ini juga menunjukkan bahwa membaca dilakukan untuk menangkap makna yang disampaikan penulisnya. Berarti hal ini juga senada dengan definisi-dfinisi membaca yang telah dikemukakan beberapa ahli diatas. Definisi diatas juga sesuai dengan definisi membaca yang dikemukakan oleh beberapa ahli lainnya. Misalnya Smith dalam Abadi, yang menyatakan bahwa membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks tertulis. Adapun Ahuja dalam Abadi, menyatakan bahwa proses membaca juga meliputi identifikasi simbol-simbol bunyi dan mengumpulkan makna melalui simbol-simbol tersebut.

Berdasarkan definisi beberapa ahli diatas, dapat kita ketahui bahwa membaca tidak hanya melibatkan mata, namun lebih pada pemahaman bacaan. Jadi, seorang yang tidak dapat melihatpun dikatakan dapat membaca jika ia mampu memahami tulisan. Misalnya, tulisan yang menggunakan huruf Braille. Untuk memahami bacaan diperlukan konsentrasi. Kita harus memusatkan konsentrasi pada bacaan selama proses membaca. Dengan cara demikian kita akan dapat memperoleh manfaat dari membaca.

Nah, itulah definisi membaca yang dapat saya sajikan pada posting kali ini, jangan lupa untuk mengingat kembali apakah selama ini pembaca sudah berusaha menangkap makna dalam setiap tulisan yang dibaca, ataukah baru sekedar mencermati huruf-huruf yang merangkai kalimat dalam tulisan?

B. Manfaat Membaca
Anggapan bahwa membacamerupakan kebutuhan, bukan beban dapat pembaca rasakan jika pembaca menyadari bahwa membaca memiliki banyak manfaat, diantaranya sebagai berikut:

1). Meningkatkan Kadar Intelektualitas.
Kita pasti akan merasa bangga jika memiliki intelektualitas yang tinggi. Lebih dari sekedar untuk dibanggakan, pembaca juga harus menyadari bahwa ada banyak hal yang berguna yang dapat pembaca sumbangkan. Kadar intelektual dapat ditingkatkan melalui membaca, misalnya dengan membaca karya ilmiah populer. Karya ilmiah populer merupakan karangan yang berisi ilmu pengetahuan dan disajikan dengan menggunakan bahasa yang populer. Bahasa yang populer merupakan bahasa yang sudah dikenal oleh masyarakat awam atau masyarakat umum. Dengan demikian karangan ilmiah populer akan lebih mudah dipahami.
Namun jika masih merasa kesulitan untuk memahami kosakata yang digunakan dalam beberapa karya ilmiah, embaca dapat menggunakan kamus untuk memahami beberapa kata yang sulit. Hal ini berarti sekaligus akan meningkatkan penguasaan kosakata yang dimiliki.

2). Memperoleh Berbagai Pengetahuan Umum dan Informasi
Dengan membaca ada banyak hal yang dapat kita ketahui, ada dunia ilmu pengetahuan yang luas dibalik kata-kata yang dirangkai dalam beragam tulisan. Dengan membaca tulisan yang disusun oleh orang-orang yang berilmu pengetahuan, maka akan dapat menimba ilmu dan informasi penulisnya. Ilmu dan informasi tersebut akan memperkaya hidup kita.

3). Mengetahui Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Beberapa hal yang berkaitan dengan penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sering kali disampaikan melalui tulisan. Jika tidak mau membaca, berarti kita telah mengisolasi diri sendiri dari berbagai informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Sebaliknya, dengan membaca kita akan menyadari bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang.

4). Mendapatkan Banyak Pengalaman Hidup
Pengalaman adalah guru yang paling berharga. Kita dapat membaca berbagai pengalaman hidup seseorang yang ditulis dalam bentuk biografi. Dengan membaca biografi, kita dapat belajar dari pengalaman hidup orang lain. jika kita dapat belajar dari pengalaman hidup orang lain, bukan hal yang mustahil kita akan menjadi pribadi yang mampu menyikapi hidup dengan baik.

5). Memiliki Cara Pandang dan Pola Pikir Yang Luas
Membaca akan membuat kita memiliki banyak pengetahuan . Pengetahuan tersebut akan menjadi bekal kita dalam memandang dan berfikir tentang berbagai hal. Semakin luas pengetahuan kita, semakin banyak pula hal-hal yang dapat kita pertimbangkan sebelum memutuskan sebuah permasalahan. Pengetahuan yang luas juga akan membuat kita tidak akan terkungkung dalam cara pandang dan pola pikir sempit yang dapat merugikan diri sendiri.

6).Memperkaya Perbendaharaan Kata
Membaca berbagai pengetahuan akan membuat kita memiliki perbendaharaan kata yang banyak. Dalam sebuah bacaan biasanya dapat kita temukan kosakata yang belum kita ketahui maknanya, untuk mengetahui maknanya kita dapat melihat pada kamus. Dengan demikian kita akan dapat meningkatkan penguasaan kosakata.  Perbendaharaan kata ini selanjutnya dapat kita manfaatkan untuk menyimak dan memahami berbagai informasi yang mungkin menggunakan kata-kata tersebut. Jadi pengetahuan kita pun akan bertambah. Selain itu perbendaharaan kata yang banyak dapat membantu kita pada saat menyampaikan sesuatu melalui tulisan. Dalam kehidupan sehari-hari perbendaharaan kata yang banyak juga bermanfaat dalam kegiatan berkomunikasi.

7). Mengetahui Berbagai Peristiwa Yang Terjadi di Berbagai Belahan Dunia
Banyak hal yang terjadi di berbagai belahan dunia diabadikan dalam bentuk tulisan. Dengan banyak membaca kita akan mengetahui berbagai hal yang terjadi di berbagai belahan dunia. Berbagai peristiwa yang aktual juga dapat kita ketahui dengan membaca berita dalam berbagai surat kabar.

8). Meningkatkan Keimanan
Membaca buku-buku rohani dapat meningkatkan keimanan kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kita akan semakin dekat dengan Tuhan, dengan demikian kita juga akan merasa lebih tenang dalam hidup

9). Mendapatkan Hiburan
Pernahkan pembaca membaca cerita lucu? pernahkan tertawasaat membaca? Hal-hal lucu dalam bacaan sering kali dapat membuat kita tertawa. Kita akan merasa terhibur, dengan demikian, melalui membaca kita dapat memperoleh hiburan yang mudah, bahkan sering kali-hal-hal yang bermanfaatpun disampaikan dengan bahasa yang menghibur. Jadi, pembaca dapat memperoleh pengetahuan sekaligus hiburan.
Membaca berbagai karya sastra juga dapat membuat kita merasa terhibur, isi cerita yang mengalir sering kali membuat pembaca merasa terhibur. Selain itu karya sastra biasanya juga berisi pengalaman hidup tokoh-tokohnya. Pembaca juga dapat mengambil pelajaran dari tokoh-tokoh dalam karya sastra tersebut. 

Bagaimana, ada banyak manfaat yang dapat kita ambil dari membaca bukan? Dari 9 manfaat yang saya utarakan diatas, pembaca mungkin dapat menambahkannya. Oleh karena banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan membaca tersebut, banyak orang yang tertarik untuk berusaha meningkatkan kemampuan membacanya. Bagaimana dengan Anda sendiri?
Itu tadi sedikit yang bisa saya bagikan, mudah-mudahan membawa manfaat dan memberikan efek positif terhadap pola pikir dan pandangan kita, saran dan kritik serta komentar yang membangun selalu saya tunggu demi kemajuan dan perbaikan blog ini. 

Wassalam...
Selengkapnya >>
Posted by: Yuliyati
Blog. Seri Bahasa Indonesia Updated at: 6:41 PM