Friday, January 31, 2014

Kita tentunya pernah atau bahkan sering mendengarkan cerita. Mendengarkan cerita memang mengasyikkan. Setelah mendengarkan cerita, bisakah kita menentukan temanya? Apakah itu sebenarnya tema? Tema adalah pokok persoalan dalam cerita. Tema dapat ditafsirkan secara sederhana lewat tokoh dan konflik yang dialami oleh tokoh-tokoh cerita. Pada konflik yang dialami tokoh-tokoh itulah tema lazimnya diungkapkan. Tema dapat diketahui oleh pembaca setelah ia memahami keseluruhan isi cerita. 

Sekarang coba simak dan pahami cerita berikut!



Kesombongan Burung Nuri 


DEO seekor burung nuri. Tinggal di hutan luas bersama binatang lainnya. Merasa paling tampan, Deo menjadi sombong. Tidak mau bergaul dengan teman-temannya dan suka memamerkan diri. ”Di seluruh hutan ini, tidak ada burung lain yang setampan diriku,” kata Deo dengan pongah di hadapan teman-temannya sesama burung.
”Kalian semua pasti juga mengagumi ketampananku ini.” Teman-temannya hanya bisa geleng-geleng kepala. Mereka enggan bermain dengan Deo karena sikapnya itu. Pada suatu hari, Deo terbang sendirian mengelilingi hutan. Tanpa sengaja, ia menabrak ranting pohon yang tinggi. Sayapnya patah. Ia terjatuh ke tanah. Deo merasa kesakitan dan tidak dapat menggerakkan tubuhnya.
Tiba-tiba, Deo mendengar suara elang di kejauhan. Suara itu semakin dekat. Deo sangat ketakutan. Jantungnya berdegup kencang. Ia begitu lemah dan tidak berdaya. Elang itu kini terbang melayang di atasnya, siap untuk menerkamnya. Ketika Elang itu hendak memangsa Deo, sekawanan burung datang ke tempat itu. Mereka bersuara ribut untuk mengusir Elang. Melihat sekelompok burung yang cukup banyak tersebut, Elang mengurungkan niatnya. Terbang menjauh dan mencari mangsa lainnya. ”Deo, ini kami. Kamu tenang saja karena kami datang untuk menolongmu,” kata burung-burung tersebut. Deo yang masih tergeletak di tanah merasa terharu. Ternyata, kawanan burung itu teman-temannya sendiri yang selama ini tidak dipedulikannya. Mereka lalu terbang menghampiri Deo dan membawanya pulang ke rumahnya. Setelah dirawat beberapa minggu, Deo kembali sembuh seperti sediakala. Ia selalu mengingat kebaikan teman-temannya yang telah menyelamatkannya. Sejak saat itu, Deo tidak sombong lagi. Ia kini senang bermain bersama teman-temannya yang baik hati.


Setelah membaca cerita di atas, bagaiman kita menemukan tema cerita tersebut? Menentukan tema cerita dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut.
  1. Menentukan tokoh-tokohnya. Tokoh-tokoh cerita di atas: Deo (seekor burung nuri) dan teman-teman Deo (sesama burung).
  2. Menentukan konfliknya. Dalam cerita di atas konflik dialami oleh Deo. Deo yang sombong dan tidak peduli terhadap sesamanya suatu saat tidak berdaya ketika hendak dimangsa elang. Dalam ketidakberdayaan itu, Deo diselamatkan oleh teman-temannya yang selama ini tidak dipedulikannya. Hal inilah yang menimbulkan konflik dalam diri Deo.

Dari langkah-langkah di atas, dapat disimpulkan bahwa tema cerita “Kesombongan Burung Nuri” adalah Deo, si burung nuri yang sombong.
Mungkin kesimpulan pembaca berbeda dengan tema yang dirumuskan diatas. Hal ini tidak menjadi masalah, yang penting rumusan itu masih mempunyai hubungan dengan keseluruhan cerita di atas. Bagaimanakan rumusan anda? silahkan tulis pada kolom komentar dibawah.

Tema erat kaitannya dengan amanat. Amanat adalah pesan moral yang terkandung dalam cerita. Dahulu pesan moral disampaikan pengarang secara eksplisit, secara langsung. Sekarang cara seperti itu sudah ditinggalkan. Untuk menghindari kesan menggurui, pesan moral disampaikan secara implisit, tersirat melalui perilaku tokoh. Teknik demikian memberi keleluasaan pembaca untuk mencari dan menemukan sendiri pesan moral dalam cerita. Amanat sebuah cerita dapat dirumuskan setelah pembaca menemukan temannya. Tema dan amanat berbeda dalam cara perumusannya. Tema dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan, sedangkan amanat dirumuskan dalam bentuk kalimat perintah,
saran, atau imbauan. Misalnya, dari cerita di atas diketahui bahwa tema ceritanya “Deo, si burung Nuri yang sombong”. Amanatnya: kita tidak boleh sombong, harus mau bergaul dan peduli dengan sesama karena sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri, selalu memerlukan bantuan orang lain. 

Menyampaikan Pesan/Informasi

Setiap hari kita dapat memperoleh informasi dari berbagai media, seperti radio, televisi, dan koran. Sudah biasakah kamu menyampaikan informasi yang kamu ketahui kepada orang lain? Jika belum, biasakanlah! Hal ini akan dapat melatih keterampilanmu dalam berbicara. Adapun cara menyampaikan pesan/informasi sebagai berikut.
  1. Ingat-ingatlah pokok-pokok informasi yang hendak kamu sampaikan.
  2. Sampaikan informasi itu kepada orang lain dengan runtut, baik, dan benar. Runtut, artinya informasi yang disampaikan urut dari awal sampai akhir dan antarinformasi saling berhubungan.
  3. Informasi diucapkan dengan jelas dan dengan nada yang meyakinkan.

Contoh penyampaian informasi/pesan dari berita yang disimak:

Berita:

Punya Hobi Itu Mengasyikkan
Kawan-kawan pasti punya hobi dong. Ada yang bilang hobinya tidur, main PS (Play Station), main sepeda, atau sepak bola. Tetapi hobi itu apa sih dan mengapa hobi tiap orang berbeda? Hobi berasal dari bahasa Inggris, hobby artinya kegemaran atau kegiatan yang dilakukan pada waktu senggang. Hobi seseorang tidak harus sama dengan hobi anggota keluarga seperti ayah, ibu, kakak, atau adik. Hobi seseorang biasanya tidak beda jauh dengan hobi orang-orang terdekat. Hobi biasanya terbentuk oleh lingkungan. Misalnya bapak atau ibunya seorang penulis, biasanya anaknya mempunyai hobi membaca, menulis, atau menggambar. Hobi ada yang dilakukan sendiri, seperti membaca, menulis, menggambar, menyanyi, dan main piano. Sedangkan hobi yang harus dilakukan dalam sebuah tim atau berkelompok adalah jenis permainan atau olahraga seperti voli dan sepak bola.

Pesan yang disampaikan dari berita di atas sebagai berikut.
  • Hobi artinya kegiatan yang dilakukan pada waktu senggang.
  • Hobi ada yang dilakukan sendiri, ada pula yang harus dilakukan dalam kelompok.
  • Hobi yang dilakukan sendiri, misalnya membaca, menulis, menggambar, menyanyi, dan main piano.
  • Hobi yang dilakukan dalam kelompok, misalnya sepak bola, dan voli.
Selengkapnya >>
Posted by: Yuliyati
Blog. Seri Bahasa Indonesia Updated at: 11:33 AM

Tuesday, January 28, 2014

Kali ini saya akan mengulas tentang simantik dan etimologi. Apa itu simantik? simantik adalah bagian dari tata bahasa yang meneliti makna dalam bahasa tertentu, mencari asal mula dan perkembangan dari arti suatu kata.
Sedangkan etimologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan dan perkembangan bentuk kata. Dalam etimologi tekanan diletakan atas sejarah bentuk kata. Adapun dalam simantik, tekanan terdapat pada makna dan sejarah makna kata. 

A. Macam-Macam Arti
  1. Batasan arti adalah hubungan antara benda berupa lambang bunyi udara dengan hal atau barang yang dimaksudkan.
  2. Arti leksial adalah arti dari kata sesuai dengan hal yang terdapat dalam kamus atau leksikon.
  3. Arti struktural adalah arti yang diperoleh dari meneliti hubungannya dalam kalimat.
  4. Homonim adalah kata-kata yang mempunyai bentuk yang sama tetapi artinya berbeda. Contoh: Dia bisa mengerjakan pekerjaan itu. (Bisa = sanggup). Bisa ular itu sangat berbahaya. (Bisa = racun).
  5. Homograf adalah kata-kata yang ejaannya sama tetapi mempunyai bunyi dan arti yang berbeda. Contoh: Ayahnya seorang pejabat teras di Departemen Keuangan. (teras = tingkat atas). Bandingkan dengan "Mereka sekeluarga sedang duduk-duduk di teras rumah." (teras = beranda).
  6. Homofon adalah kata-kata yang bunyinya sama tetapi ejaan dan artinya berbeda. Contoh: Ayah bercerita tentang pengalamannya pada masa lampau. (masa = waktu). Bandingkan dengan, Tak ada seorangpun yang berani melawan bila massa telah menyerang. (Massa = masyarakat)
  7. Polisemi adalah suatu kata yang mempunyai makna lebih dari satu. Contoh: "Rumah tempat tinggalnya selalu tampak bersih". "Dalam perkara kejahatan itu rupanya ia bersih".
  8. Hiponim adalah kata atau frase yang maknanya dalam makna kata atau frase lain. Contoh: Merah, hijau, coklat, kuning - hiponimnya warna.
  9. Antonim adalah dua buah kata yang maknanya dianggap berlawanan. Contoh: Tembok penjara setinggi itu masih terlalu rendah untuk penjahat itu.
B. Perubahan Makna
Berikut ini beberapa peristiwa perubahan makna yang penting;
  1. Meluas, adalah cakupan makna sekarang lebih luas dari pada makna yang lama. Contoh: Bapak, dulu dipakai dalam hubungan persaudaraan, tetapi sekarang dipakai untuk panggilan laki-laki yang lebih tua/tinggi kedudukannya.
  2. Menyempit, adalah cakupan arti dulu lebih luas daripada makna sekarang. Contohnya: Sarjana. Dulu kata ini untuk menyebut semua orang cendikiawan, tetapi sekarang dipakai untuk gelar universitas.
  3. Amelioratif adalah suatu proses perubahan arti, yang menempatkan arti baru lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari dulu. Contohnya: Istri/Nyonya lebih baik dari bini, atau wanita lebih baik dari perempuan.
  4. Peyoratif adalah suatu proses perubahan makna, yang menjadikan arti baru lebih rendah nilainya dari dulu. Contohnya: Kaki tangan dulu berarti pembantu, sekarang dipakai dalam arti kurang baik. (orang jahat)
  5. Sinestesia adalah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang berlainan. Contohnya: Kata-katanya pedas (pedas tanggapan indera perasa), atau seperti pada kalimat suaranya sedap didengar. (sedap tanggapan indera perasa).
  6. Asosiasi adalah perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. Contoh: Catut (alat untuk menarik/mencabut paku). Catut juga dipakai untuk persamaan sifat orang yang menjual barang-barang dengan harga tinggi
C. Perubahan Bentuk Kata
Perubahan bentuk kata dibedakan atas beberapa hal berikut:
  1. Perubahan bentuk kata-kata dari perbendaharaan kata-kata asli suatu bahasa karena pertumbuhan dalam bahasa itu sendiri.
  2. Perubahan bentuk dari kata-kata pinjaman.
a. Adaptasi
Semua bentuk asing yang tidak diterima begitu saja tetapi selalu mengalami proses penyesuaian sesuai dengan struktur bahasa Indonesia disebut adaptasi. 
Adaptasi atau penyesuaian bentuk dibedakan atas dua hal yaitu;
  1. Adaptasi berdasarkan sistem fonologi bahasa Indonesia. Contoh: voorschot (Bld) > persekot, voorloper (Bld) > pelopor.
  2. Adaptasi berdasarkan bentuk kata atau morfologi dalam bahasa Indonesia. Contoh: prameswari (Skt) > permaisuri. prakara (Skt) > perkara. 
b. Analogi
Analogi adalah pembentukan suatu kata baru berdasarkan suatu contoh yang sudah ada.
Contoh: 
ekspor (Bahasa Inggris) - to export, exporting, exported.
(Bahasa Indonesia) - ekspor, pengeksporan, pengekspor, mengekspor, diekspor.

c. Kontaminasi atau Keracunan
Kontaminasi atau keracunan yaitu dua ungkapan yang berlainan diturunkan suatu ungkapan baru.
Contoh: 
Membungkukkan badan dan menundukkan kepala dibuat kontaminasi menundukkan badan

d. Macam-Macam Gejala Perubahan Bentuk Kata.
Berikut ini beberapa gejala perubahan bentuk kata

1. Asimilasi, adalah gejala dua buah fonem yang tidak sama dijadikan sama.
Contoh;
alsalam > asalam
in moral >imoral

2. Desimilasi adalah proses berubahnya suatu monoftong menjadi diftong.
Contoh:
sajjana > sarjana
citta > cipta

3. Diftongisasi adalah proses berubahnya suatu monoftong menjadi diftong.
Contoh:
anggota > anggauta
teladan > tauladan

4. Monoftongisasi adalah proses berubahnya suatu diftong menjadi monoftong. 
Contoh:
pulau > pulo
danau > dano

5. Haplologi adalah proses hilangnya suatu suku kata di tengah-tengah sebuah kata.
Contoh:
budhidaya > budidaya
mahardhika > merdeka

6. Anaptiksis adalah proses penambahan suatu bunyi dalam suatu kata untuk melancarkan ucapannya. 
Contoh:
sloka > seloka
srigala > serigala

7. Metatesis adalah proses perubahan bentuk kata dengan bertukarnya tempat dua fonem dalam sebuah kata.
Contoh:
drohaka > durhaka
pratyaya > percaya

8. Aferesis adalah proses hilangnya satu fonem lebih pada awal suatu kata.
Contoh:
pepermint > permen
upawasa > puasa

9. Sinko adalah proses hilangnya satu fonem atau lebih di tengah-tengah suatu kata.
Contoh: 
niyata > nyata
utpatti > upeti

10. Apokop adalah proses hilangnya suatu fonem pada akhir suatu kata
Contoh:
pelangit > pelangi
mpulaut > pulau

11. Protesis adalah proses bertambahnya suatu fonem pada awal suatu kata.
Contoh: 
mas > emas
stri > istri

12 Epentesis (=mesogoge) adalah proses bertambahnya suatu fonem atau lebih ditengah-tengah suatu kata. 
Contoh:
akasa > angkasa
racana > rencana

13. Paragog adalah proses penambahan suatu fonem pada akhir suatu kata.
Contoh:
adi > adik
kak > kakak

D. Denotasi dan Konotasi

Denotasi adalah arti sebenarnya, arti yang dekat dengan bendanya atau acuannya, kata yang mengandung arti sebenarnya yang biasa terdapat dalam kamus.
Contoh:
Anak-anak yang di aula itu sedang berebut kursi karena pertunjukkan segera dimulai. (berebut kursi = benar-benar memperebutkan kursi sebagai tempat duduk)

Konotasi adalah arti yang timbul di samping arti sebenarnya, kata yang mengandung arti lain selain arti sebenarnya.
Contoh:
Siapapun yang bermaksud berebut kursi pimpinan perusahaan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan formatur. (berebut kursi =berebut jabatan).
Selengkapnya >>
Posted by: Yuliyati
Blog. Seri Bahasa Indonesia Updated at: 7:31 PM

Monday, January 27, 2014

Kata ulang adalah kata yang diulang-ulang. Benarkah begitu? hehehe... Kata ulang disebut juga dengan reduplikasi, yang bermakna pengulangan. Kata ulang dapat ditinjau dari dua segi yaitu tinjauan dari segi bentuk dan tinjauan dari segi arti atau fungsi kata ulang.


A. Macam-macam Kata Ulang.



Ditinjau dari bentuknya, kata ulang dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:


1. Kata ulang utuh atau dwilingga.
Yaitu semua bentuk kata ulang hasil perulangan kata secara utuh, sepenuhnya.
Contoh:
# Taman-taman
# duduk-duduk

2. Kata ulang berimbuhan atau kata ulang bersambungan.
Yaitu semua jenis perulangan kata yang salah satu atau kedua unsurnya mendapat imbuhan (dapat berupa awalan, akhiran, sisipan, atau konfiks)
Contoh;
# Memukul-mukul
# mobil-mobilan

3. Kata ulang berubah bunyi atau dwilingga salin suara.
Adalah semua bentuk perulangan kata yang salah satu unsurnya berubah bunyinya.
Contoh:
# bolak-balik
# mondar-mandir
# sayur-mayur

4. Dwipurwa
Yaitu jenis kata ulang yang mengalami perulangan hanya pada suku pertama kata asalnya.
Contoh:
# tetamu
# dedaunan

B. Fungsi Kata Ulang.

Menentukan fungsi kata ulang sebenarnya agak sedikit sulit, sebab fungsi dan artinya terjalin erat. Tetapi bila melihat fungsinya sebagai alat untuk membentuk jenis kata, maka perulangan  sebuah kata akan menurunkan jenis kata yang sama.
Contoh:
# Mainan sama dengan main-mainan
# Tali sama dengan tali temali

C. Arti Kata Ulang

Berikut ini saya sajikan mengenai beberapa arti kata ulang
1. Banyak yang tidak tentu.
Contoh:
# Buku-buku itu telah kusimpan dalam lemari

2. Bermacam-macam
Contoh:
# pohon-pohonan
# tanam-tanaman

3. Menyerupai atau tiruan dari sesuatu
Contoh:
# kuda-kudaan
# anak-anakan

4. Melemahkan arti, dalam hal ini dapat diartikan dengan agak.
Contoh:
# Sifatnya kekanak-kanakan

5. Menyatakan intensitas baik mengenai kualitas, kuantitas, maupun frekuensi.
Contoh:
# Belajarlah segiat-giatnya.

6. Menurunkan arti saling atau pekerjaan yang berbalasan.
Contoh:
# Hidup bersaudara harus tolong-menolong

7. Mengandung arti kolektif
Contoh:
# tiga-tiga
# lima-lima

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah ada beberapa kata yang seolah-oleah tampak seperti kata ulang, antara lain; biri-biri, kupu-kupu, ali-ali, dan lain-lain. Atau kata tersebut keseluruhannya merupakan kata dasar. Fakta ini memberikan pengertian bahwa bentuk itu bukan merupakan kata ulang.
Setiap penutur bahasa Indonesia akan menolak kalimat-kalimat seperti berikut:
1. Saya membeli tiga biri.
2. Saya menangkap kupu.
3. Kakak melontar harimau itu dengan ali.

Penolakan terhadap kalimat tersebut terjadi karena bentuk biri, kupu, dan ali tidak ada dalam perbendaharaan bahasa Indonesia.
Demikian yang dapat saya sajikan, mudah-mudahan bisa menambah khasanah dan pengetahuan kita tentang bahasa Indonesia....
Selengkapnya >>
Posted by: Yuliyati
Blog. Seri Bahasa Indonesia Updated at: 9:33 PM

Wednesday, January 22, 2014

1. Mengenal Sintaksis

Bahasa terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan bentuk, dan lapisan arti yang dinyatakan bentuk tersebut. Satuan bentuk dapat dibagi menjadi satuan fonologik dan gramatik. Satuan fonologik meliputi fonem dan suku kata. Satuan gramatik meliputi wacana, kalimat, klausa, frasa, kata, dan morfem. Satuan fonologik dipelajari oleh fonologi. Satuan gramatik yang berupa kata dan morfem dipelajari oleh morfologi. Satuan gramatik yang berupa kalimat, klausa, dan frasa dipelajari oleh sintaksis. Sebaliknya, satuan arti dipelajari oleh semantik. Dalam pembahasan kali ini saya hanya akan membicarakan mengenai sintaksis. Apa itu sintaksis? Pembaca dapat menemukan penjelasannya berikut.

A. Beberapa Pengertian tentang Sintaksis
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Belanda yaitu syntaxis. Dalam bahasa Inggris terdapat istilah Syntax. Ada banyak pendapat para ahli tentang sintaksis.
  1. Sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabung-gabungkan kata menjadi kalimat.
  2. Sintaksis merupakan analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas.
  3. Sintaksis merupakan bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frasa dan kalimat.
Bidang Kajian Sintaksis
Berdasarkan pengertian sintaksis dapat disimpulkan bahwa bidang kajian sintaksis adalah kalimat, klausa, dan frasa. Kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun dan naik. Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas subjek dan predikat baik disertai objek, pelengkap, keterangan, ataupun tidak. Frasa adalah unsur klausa dan kalimat yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi.

2. Kalimat

Kalimat merupakan salah satu objek kajian sintaksis. Kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun dan naik. Dalam wujud tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanya (?), atau seru (!). Dalam kalimat yang berwujud tulisan juga dapat disertakan tanda koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), atau spasi (_)
Kalimat merupakan dasar dari wacana. Ini berarti wacana hanya dapat terbentuk jika terdapat dua kalimat atau lebih yang membentuk suatu kesatuan.
Kalimat sebagai sebuah kesatuan tidak terbentuk dengan sendirinya. Kalimat disusun oleh beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut menduduki fungsi yang berbeda-beda. Fungsi unsur-unsur kalimat disebut fungsi sintaksis. Fungsi sintaksis kalimat ada bermacam-macam.

A. Beberapa Fungsi Sintaksis Unsur Kalimat
Dalam kalimat terdapat beberapa fungsi sintaksis. Fungsi sintaksis tersebut dimiliki oleh setiap unsur kalimat. Unsur kalimat merupakan satuan gramatik dapat berupa kata, frasa, atau klausa yang membentuk kalimat. Fungsi sintaksis kalimat ada bermacam-macam.

1. Subjek (selanjutnya disebut S)
Subjek dapat dicari dengan menggunakan kata tanya apa atau siapa. Subjek umumnya terletak di sebelah kiri predikat. Subjek pada kalimat aktif dapat menjadi objek jika kalimat tersebut dipasifkan. Subjek memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Berupa kata benda, frasa benda, atau klausa.
Contoh:
1). Ayah  Membaca  koran  di teras
        S             P             O      Ket. Tempat

2). Ayah Tuti           bekerja   di rumah sakit daerah.
     S (frasa benda)       P               Ket. tempat

3). Orang yang tidak ikut upacara  akan dikenai  sanksi
                          S (kalusa                             P              O

b. Dapat diikuti partikel pun
Contoh:
1) Ayah pun   membaca koran  di teras
      S (kata)            P           O       Ket. Tempat

2). Ayah Tuti pun   bekerja   di rumah sakit daerah
     S (frasa benda)         P               Ket. tempat

3). Orang yang tidak ikut upacara pun  akan dikenai  sanksi
                            S (kalusa)                          P                       O

Subjek dibedakan menjadi dua, yaitu subjek pelaku dan subjek penderita. Subjek pelaku adalah subjek yang melakukan perbuatan. Subjek pelaku terdapat dalam kalimat aktif.
Contoh:
Penduduk desa   membangun   jembatan
              S                       P                   O
(S sebagai pelaku yang membangun jembatan)

Anak-anak   berbondong-bondong   ke depan sekolah
          S                            P                        Ket. Tempat
(S sebagai pelaku yang berbondong-bondong)

Subjek penderita adalah subjek yang dikenai pekerjaan. Subjek penderita terdapat dalam kalimat pasif.
Contoh:
Padi sedang dijemur petani
   S               P                  O
(S dikenai pekerjaan jemur oleh petani)

Buku dipinjam Deni  tadi pagi
    S          P          O     Ket. waktu
(S dikenai pekerjaan pinjam oleh Deni)

2. Predikat (selanjutnya disebut P)
Predikat merupakan unsur yang harus ada dalam kalimat. Predikat disebut unsur inti kalimat. Unsur predikat dapat diisi oleh kata kerja, kata benda, kata sifat, kata bilangan, frasa kerja, frasa benda, frasa sifat, atau frasa bilangan.
Contoh:
Aditya sedang membaca buku
      S          P              O
(P merupakan frasa kata kerja)

Ayahnya seorang dokter
        S                 P
(P merupakan frasa benda)

Fitria pintar sekali
    S             P
(P merupakan frasa sifat)

Adiknya  dua
     S           P
(P merupakan kata bilangan)

3. Objek (selanjutnya disebut O)
Objek terletak setelah predikat. Objek merupakan unsur yang dapat hadir atau tidak. Objek wajib hadir dalam kalimat transitif. Dalam kalimat intransitif objek tidak diperlukan. Objek dalam kalimat aktif akan menjadi subjek dalam kalimat pasif. Objek dapat berupa kata benda atau frasa benda.
Contoh:
Andi mengunjungi Pak Rustam
    S               P                   O
(Pak Rustam sebagai objek dalam kalimat aktif)

Pak Rustam dikunjungi Andi
          S                  P            O
(Pak Rustam sebagai subjek dalam kalimat pasif)

Objek dibedakan menjadi objek penderita dan objek pelaku. Objek penderita adalah objek yang dikenai pekerjaan. Objek ini selalu ada dalam kalimat aktif. Dalam kalimat pasif objek ini dapat berubah menjadi subjek. 
Contoh:
Amin meletakan buku di meja tulis
    S           P             O     Ket. tempat
(O sebagai penderita yang diletakan)

Ibu menasihati Hasan agar rajin belajar
   S         P               O              Pel
(O sebagai penderita yang dinasihati)

Objek pelaku merupakan objek yang melakukan perbuatan. Objek pelaku terdapat dalam kalimat pasif.
Contoh:
Buku diletakan Amin di meja tulis
   S            P          O      Ket. tempat
(O sebagai pelaku yang meletakan)

Hasan dinasihati Ibu agar rajin belajar
     S            P          O            Pel.
(O sebagai pelaku yang menasihati)

4. Pelengkap (selanjutnya disebut Pel.)
Pelengkap disebut juga komplemen. Pelengkap pada dasarnya mirip dengan objek sehingga orang sering mencampur adukan pengertian objek dan pelengkap. Objek dan pelengkap sama-sama terletak di belakang predikat. Objek dapat berupa kata benda atau frasa benda. Namun, objek dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif, sedangkan pelengkap tidak
Contoh:
Fikri berdagang barang elektronik (berterima)
    S           P                     O
Barang elektronik didagang Fikri (tidak berterima)
             S                         P          O
Berikut ini disajikan persamaan objek dan pelengkap.
Objek
Pelengkap
Berwujud kata benda, frasa benda, atau klausa
Berwujud frasa benda, frasa kerja, frasa sifat, frasa depan, atau klausa.
Berada langsung di belakang predikat
Berada langsung dibelakang predikat jika tidak ada objek dan dibelakang objek jika objek hadir dalam kalimat
Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.

Tidak dapat dijadikan subjek dalam kalimat pasif
Dapat diganti dengan pronominal –nya
Tidak dapat diganti dengan –nya kecuali bergabung dengan preposisi selain di, ke, dari, dan akan

5. Keterangan
Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling mudah berpindah tempat.Keterangan dapat berada di akhir, di awal, atau ditengah kalimat. Kehadiran keterangan dapat bersifat manasuka atau dapat ada atau tidak dalam kalimat. Keterangan dapat berupa frasa benda, frasa kerja, frasa sifat, atau frasa depan.
Contoh:
a. Fahri memotong rambutnya dengan gunting
        S           P                   O              Ket. Cara
b. Dengan gunting Fahri memotong rambutnya
           Ket. Cara          S             P                O
c. Fahri dengan gunting memotong rambutnya
   S               Ket. Cara             P                    O

Keterangan dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Keterangan tempat
2. Keterangan waktu
3. Keterangan alat
4. Keterangan tujuan
5. Keterangan cara
6. Keterangan penyerta
7. Keterangan perbandingan/kemiripan
8. Keterangan sebab, dan
9. Keterangan kesalingan
Selengkapnya >>
Posted by: Yuliyati
Blog. Seri Bahasa Indonesia Updated at: 2:09 PM

Monday, January 20, 2014

Kalimat majemuk bertingkat terdiri atas klausa yang tidak sederajat. Keudukan klausanya tidak sama. Ada klausa yang menjadi induk kalimat, ada klausa yang menjadi anak kalimat. 
Contoh: 
  • Budi menaiki tangga dengan hati-hati agar tidak jatuh.
 Penjabaran kalimat tersebut:
Budi menaiki tangga dengan hati-hati agar tidak jatuh.
- Budi menaiki tangga dengan hati-hati  (induk kalimat) 
- (agar) tidak jatuh. (anak kalimat)

Kalimat majemuk dapat diubah susunannya dengan menempatkan anak kalimat mendahului induk kalimat. Penulisan kalimat tersebut ditandai penggunaan tanda koma (,) setelah anak kalimat.

Perhatikan pengubahan kalimat berikut!
Agar tidak jatuh, Budi menaiki tangga dengan hati-hati. 
Kalimat majemuk bertingkat juga ditandai dengan penggunaan kata penghubung. Setiap kelompok kata penghubung menandai makna yang berbeda. Berikut ini kelompok kata penghubung yang dimaksud beserta makna yang ditimbulkannya. 
  • Makna Waktu
Kata penghubung yang digunakan yaitu semenjak, sedari, sejak, sewaktu, tatkala, seraya, serta, selagi, sementara, selama, sambil, ketika, setelah, sebelum, sesudah, susai, begitu, dan sehabis. 
Contoh pemakaiannya dalam kalimat adalah sebagai berikut.
a. Semenjak di TK, aku ikut nenekku.
b. Sedari di TK, aku ikut nenekku.
c. Sejak di TK, aku ikut nenekku.
Kata penghubung yang menyatakan "waktu permulaan" meliputi semenjak, sedari, dan sejak.
Kata penghubung yang lain yaitu kata penghubung yang menyatakan "waktu bersamaan" meliputi; sewaktu, tatkala, ketika, seraya, sambil, selagi, sementara, dan selama.
Kata penghubung yang menyatakan "waktu berurutan" meliputi; setelah, sebelum, begitu, sesudah, dan seusai.
  •  Makna Syarat
 Contoh:
  1. Beliau pasti senang jikalau karyanya dihargai.
  2. Beliau pasti senang seandainya karyanya dihargai.
  3. Beliau pasti senang andaikata karyanya dihargai.
  4. Beliau pasti senang andaikan karyanya dihargai.
  5. Beliau pasti senang asalkan karyanya dihargai.
  6. Beliau pasti senang kalau karyanya dihargai.
  7. Beliau pasti senang apabila karyanya dihargai.
  8. Beliau pasti senang bilamana karyanya dihargai.
Kata bercetak miring dalam kalimat tersebut merupakan kata penghubung yang menyatakan "syarat". Dalam kalimat, delapan penghubung tersebut dapat saling menggantikan.
  • Makna 'Tujuan' 
Kalimat mejemuk bertingkat dengan makna 'tujuan' ditandai dengan kata penghubung agar, biar, dan supaya. Perhatikan penggunaannya dalam kalimat berikut!
a. Jembatan itu diperbaiki agar lalu lintas lancar.
b. Jembatan itu diperbaiki supaya lalu lintas lancar.       
c. Jembatan itu diperbaiki biar lalu lintas lancar. 
Kata penghubung untuk menyatakan tujuan meliputi agar, biar dan supaya.
  • Makna 'Konsesif' (menyatakan kondisi yang berlawanan)
Kalimat majemuk bertingkat dengan makna 'konsesif' menggunakan kata-kata penghubung seperti pada contoh kalimat berikut;
a. Luna tetap pergi walaupun hujan turun sangat deras.
Kata penghubung yang digunakan adalah walaupun. Kata penghubung lain untuk menyatakan kondisi berlawanan meliputi walau, kendati, kendatipun, meski, meskipun, dan sungguhpun.
  • Makna Pembandingan
Kata penghubung yang menyatakan makna 'pembandingan' yaitu seperti, ibarat, bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada, dan alih-alih.
Perhatikan contoh penggunaannya dalam kalimat-kalimat berikut:
1. Wajah Tara dan Tari seperti pinang dibelah dua.
2. Wajah Tara dan Tari ibarat pinang dibelah dua.
3. Wajah Tara dan Tari bagaikan pinang dibelah dua.
4. Wajah Tara dan Tari laksana pinang dibelah dua.
5. Wajah Tara dan Tari sebagaimana pinang dibelah dua.   
Kalimat kata penghubung tersebut dapat saling menggantian dalam kalimat.
a. Saya lebih senang memiara angsa daripada memiara itik.
b. Alih-alih memakai baju baru, memakai baju pantas pakai pun ia tidak mampu.

Kata penghubung perbandingan yang dapat saling menggantikan antara lain seperti, ibarat, bagaikan, laksana dan sebagainya. Kata penghubung perbandingan yang tidak dapat digantikan yaitu daripada dan alih-alih.

  • Makna Sebab
Perhatikan kalimat dibawah ini;
a. Antok berjalan memakai kruk karena kakinya patah.
b. Antok berjalan memakai kruk oleh karena kakinya patah.
c. Antok berjalan memakai kruk sebab kakinya patah.
d. Antok berjalan memakai kruk lantaran kakinya patah.

Keempat kata penghubung bercetak tebal tersebut dapat saling menggantikan dalam kalimat. 
Berkat keuletan usahannya, Pak marsono meraih kesuksesan. Kata penghubung berkat menyatakan suatu keberhasilan.
  • Makna 'akibat'
Kata penghubung yang menandai makna ini yaitu hingga, sehingga, sampai-(sampai) dan maka. Penggunaan kata-kata penghubung itu dapat dilihat dalam kalimat:
  1. Perselisihan kedua warga itu semakin meruncing hingga kepala desa turun tangan.
  2. Perselisihan kedua warga itu semakin meruncing sehingga kepala desa turun tangan.
  3. Perselisihan kedua warga itu semakin meruncing sampai kepala desa turun tangan.
  4. Perselisihan kedua warga itu semakin meruncing sampai-sampai kepala desa turun tangan.
  5. Hujan turun maka kami tidak jadi pergi.
  • Makna 'sangkalan'
Kata penghubung yang digunakan untuk menyatakan makna sangkalan yaitu seakan, seakan-akan, dan seolah-olah. Perhatikanlah penggunaannya dalam kalimat berikut!
  1. Tedi tetap menghibur teman-temannya seakan tidak pernah terjadi apa-apa.
  2. Tedi tetap menghibur teman-temannya seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa.
  3. Tedi tetap menghibur teman-temannya seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.
Selengkapnya >>
Posted by: Yuliyati
Blog. Seri Bahasa Indonesia Updated at: 8:52 PM

Sunday, January 19, 2014

Sebagai permulaan, coba amati kalimat-kalimat berikut.
- Ines membaca majalah
- Raka bermain catur
- Ines membaca majalah dan Raka bermain catur.
- Dikta menolak ajakan ayah.
- Arka menerima ajakan ayah.
- Dikta menolak ajakan ayah, tetapi Arka menerima ajakan ayah.
- Reno memilih baju putih.
- Reno memilih baju hitam.
- Reno memilih baju putih atau baju hitam.
Kata penghubung yang digunakan pada kalimat pertama adalah dan. Pada kalimat kedua kata penghunung yang digunakan yaitu tetapi. Selajutnya pada kalimat ketiga kata penghubung yang digunakan yaitu atau.
Klausa Ines membaca majalah dan Raka bermain catur berkedudukan sama. Klausa Dikta menolak ajakan ayahnya dan Arka menerima ajakan ayahnya juga berkedudukan sama. Selanjutnya klausa Reno memilih baju putih dan Reno memilih baju hitam pun kedudukannya sama.
Kata penghubung dan, tetapi, serta atau menimbulkan makna yang berbeda. Kata penghubung dan menimbulkan makna "penjumlahan". Kata penghubung tetapi menimbulkan makna "pertentangan". Selanjutnya, kata penghubung atau menunjukkan makna "pemilihan".

Selain menggunakan kata penghubung dan, makna penjumlahan juga ditandai dengan kata penghubung serta, dan lagi, lagi, lagi pula, selain, disamping, tambahan pula, dan tambahan lagi. Penggunaan kata-kata penghubung tersebut terlihat pada kalimat-kalimat dibawah ini:
1. Adik menangis serta mengusap-usap mata dengan tangannya.
2. Tulisannya rapi dan lagi jelas.
3. Rumah itu sempit lagi kotor.
4. Dagangan kami tinggal sedikit, lagi pula sudah tidak lengkap macamnya.
5. Kakek mempunyai kebun sayuran selain punya sawah.
6. Disamping bekerja sebagai sopir, pak Darwin juga mempunyai dua angkutan kota.
7. Gaji pamanku besar, tambah pula setiap bulan ia dapat uang lembur.

Hubungan "pemilihan" juga ditandai dengan kata penghubung yang lain, kata penghubung yang dimaksud adalah baik ........ walaupun. Contohnya terlihat pada kalimat  brikut.
1. Baik ayah maupun ibu memintaku segera pulang.
2. Kami menerima baik buah yang sudah matang maupun yang setengah matang untuk dijual.

Selain menggunakan kata penghubung tatapi, makna "perlawanan" juga ditandai dengan beberapa kata penghubung. Lihat contoh berikut:
  1. Ia sudah merasa pintar, namun gurunya menyarankan lebih giat belajar. Kata namun lebih sering digunakan untuk menghubungkan dua kalimat. Selain itu, kata namun lebih sering digunakan dalam ragam tidak resmi.
  2. Orang tuanya memanggil dia Esti, sedang teman-temannya memanggil dia Titi.
  3. Orang tuanya memanggil dia Esti, sedangkan teman-temannya memanggil dia Titi.
  4. Badan Rido berkeringat, padahal ia menggigil kedinginan.
  5. Saya percaya semua ucapanmu Endra, hanya saya ingin penjelasan lebih rinci.
Selain ketiga kata penghubung tersebut, masih ada kata penghubung lain yang digunakan dalam kalimat majemuk setara. Kata penghubung tersebut yaitu lalu. Kata penghubung lalu digunakan dalam kalimat dengan makna "perurutan". Contoh:
1. Gita melepas sepatunya, lalu memasukan kakinya ke kolam.
2. Roni menggiring bola, lalu menendangnya ke arah gawang.

Kata lalu dapat diganti dengan kata lainnya yaitu kemudian, dan lantas. Kata lantas lebih sering digunakan pada kalimat tidak resmi.
1. Gita melepas sepatunya, kemudian memasukan kakinya ke kolam.
2. Gita melepas sepatunya, lantas masuk ke rumah.
3. Roni menggiring bola, kemudian menendangnya ke arah gawang.
4. Roni menggiring bola, lantas menendangnya ke arah gawang.
Kalimat majemuk setara merupakan kalimat majemuk yang mengandung beberapa pola kalimat dalam hubungan setara. Kalimat tersebut merupakan gabungan beberapa kalimat tunggal yang setara. Kalimat majemuk setara menggunakan kata penghubung dan, atau, tetapi, lalu, kemudian, lantas, namun, sedangkan, padahal, lagi pula dan tambahan pula.
Dalam kalimat majemuk ada unsur yang sama. Misalnya, subjek, predikat, objek, atau keterangan. Unsur yang sama dalam kalimat majemuk setara dapat dilesapkan. Maksudnya unsur yang sama hanya disebut atau ditulis sekali.
Contoh:
- Heni menghafalkan lagu daerah dan lagu pop.
Kalimat majemuk tersebut dilesapkan unsur subjek dan predikatnya, kalimat majemuk tersebut berasal dari kalimat-kalimat tunggal berikut:
a. Heni menghafalkan lagu daerah.
b. Heni menhafalkan lagu pop 
Subjek kedua kalimat tesebut yaitu Heni, selanjutnya, predikat kedua kalimat tersebut yaitu menghafalkan.
 
- Inda dan Indi naik bus kota
Kalimat majemuk tersebut terdiri atas dua kalimat tunggal berikut:
a. Inda naik bus kota.
b. Indi naik bis kota. 
Predikat dan objek kedua kalimat tersebut sama. Predikatnya naik, sedangkan objeknya bus kota.

- Lusa si blorok dan si blirik disembelih
Kalimat tersebut terdiri atas dua kalimat tunggal:
a. Lusa si blorok disembelih.
b. Lusa si blirik disembelih
Unsur yang sama dalam dua kalimat tersebut yaitu keterangan dan predikat. Kata lusa menjadi keterangan. Kata disembelih menjadi predikat. Dalam kalimat majemuk, kedua kata itu hanya ditulis satu kali.

- Wida dan Widi memakai kaos merah.
Unsur yang dilesapkan dalam kalimat majemuk setara tersebut yaitu predikat, objek, dan pelengkap.
a. Wida memakai kaos merah.
b. Widi memakai kaos merah. 
Dari penjelasan dan contoh tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Unsur yang sama dalam kalimat majemuk setara dapat dilesapkan.
2. Maksud dilesapkan yaitu hanya ditulis satu kali.
3. Pelesapan unsur kalimat tidak mengubah maksud kalimat.
Selengkapnya >>
Posted by: Yuliyati
Blog. Seri Bahasa Indonesia Updated at: 9:22 PM