Saturday, January 11, 2014

A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
-Ibu percaya bahwa engkau tahu.
-Kantor pajak penuh sesak.
-Buku itu sangat tebal.

B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
-bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.

2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
-bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.

3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsure gabungan kata itu ditulus serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
-menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. 
Misalnya:
adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama, bikarbonat, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna, ekawarna, ekstrakurikuler, elektroteknik, infrastruktur, inkonvensional, introspeksi, kolonialisme, kosponsor, mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolaborasi, Pancasila, panteisme, paripurna, poligami, pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofessional, subseksi, swadaya, telepon, transmigrasi, tritunggal, ultramodern

catatan:
1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu harus dituliskan tanda hubung (-).

Misalnya:
non-Indonesia, pan-Afrikanisme
2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita beersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
C. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupukupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik hura-hura, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra
D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebuta kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linier, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
Alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan,

ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda.
3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya:
Adakalanya, akhirulkalam, Alhamdulillah, astaghfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmawisata, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, karatabaasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, saptamarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturrahmin, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam

E. Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-, -mu, dan -nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
-Apa yang kumiliki boleh kaumabil.-Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalamgabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
-Kain itu terletak di dalam lemari.-Bermalam sajalah di sini.-Di mana Siti sekarang?-Mereka ada di rumah.-Ia ikut terjun di tengah kancah perjuangan.-Ke mana saja ia selama ini?-Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.-Mari kita berangkat ke pasar.-Saya pergi ke sana-sini mencarinya.-Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini dtulis serangkai.

Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.
Semua orang terkemuka di desa hadir dalam kenduri itu.
G. Kata Si dan Sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
-Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.-Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
H. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
-Bacalah buku itu baik-baik.-Apakah yang tersirat dalam dalam surat itu?-Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia.-Siapakah gerangan dia?-Apatah gunanya bersedih hati?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
-Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.-Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.-Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.-Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun,bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun,sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.
Misalnya:
-Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.-Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.-Baik mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.-Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.-Walaupun miskin, ia selalu gembira.
3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat
yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
-Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.-Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.-Harga kain itu Rp 2.000,00 per helai.
I. Singkatan dan Akronim
1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
-A.S Kramawijaya-Muh. Yamin-Suman Hs.-Sukanto S.A.-M.B.A master of business administration-M.Sc. master of science-S.E. sarjana ekonomi-S.Kar. sarjana karawitan-S.K.M sarjana kesehatan masyarakat-Bpk. Bapak-Sdr. saudara-Kol. kolonel
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumentasi resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
-DPR Dewan Perwakilan Rakyat-PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia-GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara-SMTP sekolah menengah tingkat pertama-PT perseroan terbatas-KTP kartu tanda penduduk
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
-dll. dan lain-lain-dsb. dan sebagainya-dst. dan seterusnya-hlm. halaman-sda. sama dengan atas-Yth. (Sdr. Moh. Hasan) Yang terhormat (Sdr. Moh. Hasan)
Tetapi:
-a.n. atas nama-d.a. dengan alamat-u.b. untuk beliau-u.p. untuk perhatian
d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
-Cu cuprum-TNT trinitrotulen-cm sentimeter-kVA kilovolt-ampere-l liter-kg kilogram-Rp (5.000,00) (lima ribu) rupiah
2. Akronim kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis selurhnya dengan huruf capital.
Misalnya:
-ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia-LAN Lembaga Administrasi Negara-PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia-IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan-SIM surat izin mengemudi
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kaptal.
Misalnya:
-Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia-Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional-Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia-Kowani Kongres Wanita Indonesia-Sespa Sekolah Staf Pimpinan Administrasi
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
-pemilu pemilihan umum-radar radio detecting and ranging-rapim rapat pimpinan-rudal peluru kendali-tilang bukti pelanggaran
catatan:
jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vocal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
J. Angka dan Lambang
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.
Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
-Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
-Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1000), V (5.000), M (1.000.000)

Pemakaiannya diatur leih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjagng, berat, luas, dan isi, (ii) satuan
waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya:
-0,5 sentimeter 1 jam 20 menit-5 kilogram pukul 15.00-4 meter persegi tahun 1928-10 liter 17 Agustus 1945-Rp5.000,00 50 dolar Amerika-US$3.50* 10 paun Inggris-$5.10* 100 yen-Y100 10 persen-2.000 rupiah 27 orang* Tanda titik di sini merupakan tanda decimal.
3. Angka lazim dipakai untuk melambangka nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar
pada alamat.
Misalnya:
-Jalan Tanah Abang I No. 15-Hotel Indonesia, Kamar 169
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
-Bab X, Pasal 5, halaman 252-Surah Yasin: 9
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh
Misalnya:
-Dua belas 12-Dua puluh dua 22-Dua ratus dua puluh dua 222
b. Bilangan pecahan
Misalnya:
-Setengah ½-Tiga perempat ¾-Seperenam belas 1/16-Tiga dua pertiga 3 2/3-Seperseratus 1/100-Satu persen 1 %-Satu permil 1‰-Satu dua persepuluh 1,2
6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
Paku Buwono X; pada awal abad XX; dalam kehidupan abad ke-20 ini; lihan Bab II; Pasal 5; dalam bab ke-2 buku itu; di daerah tingkat II itu; di tingkat kedua gedung itu; di tingkat ke-2 itu; kantor di tingkat II itu.
7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut.
Misalnya:
-tahun ’50-an atau tahun lima puluhan-uang 5000-an atau uang lima ribuan-lima uang 1.000-an atau lima uang seribuan
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya:
-Amir menonton drama itu sampai tiga kali.

-Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
-Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.
-Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
-Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.-Pak Darmo mengundang 250 orang tamu
Bukan:
-15 orang tews dalam kecelakaan itu.-Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.-10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh secara besar dapat dieja
Misalnya:
-Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.-Penduduk Indonesia brjumlah lebi dari 200 juta orang.
11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
-Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.-Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
-Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.-Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lamirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan dan tujh puluh lima perseratus rupiah).
Bukan:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
Posted by: Yuliyati
Blog. Seri Bahasa Indonesia Updated at: 9:08 PM